1 min dibaca
18 Mar
18Mar

Suara Keheningan | Yancen Wullo

"Jauh dari hingar bingar keramaian kota membuatku merasa sendiri. Rasanya hidup itu tanpa arti di tengah lembah, jauh dari perkampungan. Hari-hariku berlalu dengan kejenuhan rutinitas yang tak pernah berubah. Aku merasa bahwa hidup itu sulit jika tidak sesuai apa yang kuinginkan" Pada lembar pertama catatan harianku, 03 Februari 2019.

Lembaran pertama kisahku menjadi lembaran surat cintaku karena aku telah jatuh cinta pada suara itu. Seluruh waktuku termakan saat hening. Inilah waktu yang sulit, namun waktu itu membuatku jatuh cinta. Aku mengenal diriku ketika aku tahu bahwa hidup itu sulit untuk dimaknai dalam keheningan.

Mencari gambaran diriku dan arti hidup ketika sesuatu yang menjenuhkan harus dimaknai secara batiniah. 

Pemberontakan-demi pemberontakan sebagai bagian dari pemurnian. Ragaku lelah, pikirku inilah saatnya melarikan diri dari sebuah realita demi kenyamanan diri yang lebih layak dan pantas.

Ragaku lari, tetapi batinku terikat pada suatu suara yang terus memanggilku. Suara itu bukan datang dari manusia, bukan juga dari alamku yang indah dan mempesona. Suara itu terus mengganggu dan terus mengikat batinku untuk tidak meninggalkannya. Suara itu berkata. AKU DI SINI, aku mengasihimu. 

Suara itu adalah suara Keheningan.

Akupun mencari dan bertanya dimanakah suara itu yang terus memanggilku. Ternyata ia disampingku, kulihat betapa ia mengajariku dengan cinta dan kerendahan hati Ia mengajakku untuk percaya kepadanya dan harus tinggal bersamanya bagai seorang sahabat yang begitu baik selama mungkin. Bagai sebuah mistisisme st. Theresia Avila. Masuk ke dalam ruangan-ruangan batin hingga sampai ruangan ketujuh puri batin sebagai tempat kediaman suara itu.

Keheningan bukan lagi kesepian. 

Aku masuk dalam puri batinku dan Akupun jatuh cinta pada suara itu. Aku cinta pada keheningan yang sudah menguasaiku. Aku terlahir baru dalam hening dan mengenal hidup dan Dia yang memanggilku. Aku sungguh mengalami kenikmatan yang sulit diungkapkan.

Ia bagai emas yang sedang ditempa. 

Ia adalah tropi yang sedang kugenggam. 

Waktu hening adalah waktunya aku jatuh cinta pada DIA. Aku ingin terus bersamanya, didekap dan dipeluk oleh kasih-Nnya. Waktu hening adalah saat mendengar begitu lembut sapaan-Nya bahwa ia mengasihiku.

Ketika aku jatuh cinta pada suara itu, aku mulai berjuang menggapainya dengan caraku. Aku ingin seluruh waktu bersamanya. Bila hatiku rindu, maka aku membaca, mendengar dan menulis apapun tentang rasa ini padanya.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.