1 min dibaca
14 Jul
14Jul

Suara Keheningan | Yancen Wullo

Keindahan selalu menarik di mata, namun rasanya menyentuh hati. Maka keindahan itu sesungguhnya merupakan ungkapan hati. Mata melihat, hati merasakan dan mulut berucap. Keheningan hati menjadikan mekar dan indah sebuah kehidupan. Dan dibalik keindahan terungkap makna hidup yang mestinya dijalankan. 

Keindahan hadir bukan di depanmu, namun selalu ada disekelilingmu. Dimanapun, keindahan selalu terpancar dalam hati. Membuka mata di pagi hari, keindahan ada disekelilingmu pada wajah dunia yang mengasihimu. Menutup mata di malam hari keindahan itu menghiasi mimpimu. Nikmati keindahan sebagai bagian hidupmu.

Keindahan danau Toba selalu mengganggu rasaku untuk enggan meninggalkannya. Hati terasa tenang bila berada didekatnya. Selalu ada rindu untuk menciptakan kenangan bersamanya. Namun jika tak ada waktu untuk kembali bersamanya, maka cukuplah bagiku memaknai perjumpaan ini sebagai bagian cintaku padanya. Ada rasa damai, walau kadang angin dan badai kecil datang menggangguku. Di saat aku bersamanya, terasa damai mengungkap cinta pada Dia yang telah menghadirkannya bagiku. 

Jika membuka mata di pagi hari, keindahan itu memanggilku untuk menatapnya. Hadirnya memukau rasa. Tak ada kata yang bisa terungkap dalam kagumku. Angin berhembus begitu lembut saat kubuka jendela kamarku. Saat itulah dengan jelas kutatap wajah indahmu dan tak ingin mata ini terpejam walau sebentar saja. 

Dari dalam kamar, kunaikan syukur untuk Sang pemilik keindahan. Sejak pagi Ia menyediakan bagiku keindahan alam pada dunia. Sambil berharap hingga menutup mata tak ada keindahan lain selain Dia. Aku memuji keagungan ini dan menjadikan Keindahan sebagai bagian dalam hidupku.

Dari balik jendela seorang nelayan mengarahkan perahu dari tepian danau menuju ke tengah.  Ia mendayung dengan lembut sehingga dengan santainya perahu itu melaju ke mana ia tuju.

Sang nelayan kini menikmati indahnya danau itu. Keindahan alam itu menjadikan dia sungguh menikmati pekerjaannya. Sesampainya di tengah danau, ia membuang jala miliknya dan berharap ada hasil memuaskan bagi kelangsungan hidup keluarganya. Panas mentari pagi tak menghalanginya untuk terus berjuang menggapai apa yang diharapkannya. Sambil menebarkan jala dan menunggu untuk beberapa saat, ia membuang kail sambil menarik beberapa ekor ikan ke atas perahu dengan senyuman yang indah. 

Beberapa ikan dan udang masuk dalam perangkap sang nelayan. Ia memanen dari hasil perjuangannya. Ia kembali membawa hasil tangkapannya, mengarahkan perahunya ke tepian danau. Istri dan anak sang nelayan sudah menunggu di tepian danau itu. Beberapa saat mereka berceritera sambil terseyum bahagia kemudian membawa hasil tangkapan itu kembali ke rumah mereka. 

Hari ini indah bagiku, ketika melihat-Mu pada wajah-wajah sang pencari kehidupan. Engkau begitu dahsyat. Engkau menyediakan berkat bagiku melebihi rancanganku. Engkau tidak hanya menciptakan keindahan. Engkau adalah pemilik sekaligus pemberi berkat bagi dunia. Demikian aku mengawali hariku dan mencoba tersenyum bahagia bersama sang nelayan itu.

Bertolak ke tempat yang dalam dan menuai dari apa yang diperjuangkan. Hidup itu sebuah perjuangan yang mesti dituntaskan. Jika yang diperjuangkan itu dicapai maka jangan lupa bersyukur. Namun jika belum engkau temukan maka jangan pernah berhenti untuk mengejar impianmu. Alam disediakan bagimu, manusia dihadirkan untuk mengajarimu, maka belajarlah untuk menjadikan hidupmu indah bagi mereka.

Pergi bukan untuk menjadi gagal, demikian harapanku. Jika panas terik datang, sang nelayan itu mengusap wajahnya. Jika badai menerpanya, ia membiarkan perahunya diombang ambing. Ia tahu saatnya matahari akan terbenam dan badai itu akan berlalu. 

Alam menyediakan, manusia mencarinya dengan perjuangan maka selayaknya hati gembira adalah ungkapan syukur atas kebaikan cintaNya.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.