2 min dibaca
25 May
25May

Suara Keheningan | Yancen Wullo

Cerita tentang kenangan selalu indah pada setiap kata dan kisah. Kami ingin mencatat kenangan itu dalam ceritera yang tersembunyi.Tak ada yang terpikirkan sebelumnya. Semuanya mengalir begitu saja tanpa sebuah rencana matang. Namun demikian, kami yakin pada suatu saat engkau membaca dan mengerti maksud dibalik semua goresan hati kami.

Untuk pertama kalinya kami belajar menulis, ketika mendengar tangismu memecah keheningan malam. Pada saat itu semua orang terlelap, hanya aku dan ibumu berjuang dengan tetesan keringat untuk menyelamatkan nyawamu. Tak ada bidan di kampung kita. Dengan peralatan sederhana dan terbatas, kami mencatat sejarah lahirmu. 

Hanya bintang malam menjadi saksinya. Namun demikian, kami bangga bisa menghadirkanmu.Tak ada yang istimewa. Ibumu membaringkanmu pada bale-bale, tanpa kasur, hanya beralaskan sepotong kain bekas. Sementara itu, aku menulis tanggal kelahiranmu pada sebuah tiang rumah yang terbuat dari bambu. Beberapa kali aku memperhatikan ibumu, jangan-jangan ia lemah karena berjuang melahirkanmu. 

Ia bercucuran keringat, namun tak tampak wajah lelah. Dia memandangku bahagia sambil tersenyum. Sakit melahirkan di ganti dengan senyuman kebahagiaan. Akhir dari perjuangan ialah kehidupan. 

Malam itu begitu dingin. Hembusan anginnya sangat terasa masuk melalui lubang dinding rumah kita. Kami begitu takut, engkau merasa kedinginan. Ibumu menyuruhku tidur di samping kananmu, sedang ia di samping kirimu. Kami menutupmu agar sejak awal engkau merasa hangat di samping kedua orang tuamu. Sesekali kami menatapmu dan merasa bahagia karena engkau amat terlelap. 

Tidak hanya itu kami pun saling menatap bahagia, ketika dalam segala keterbatasan engkau bisa menerimanya.Kami tahu dan kenal siapa dirimu. Tak ada sedikitpun waktumu tanpa kehadiran kami. Kami gelisah saat engkau menangis karena lapar, haus atau membuang kotoran. 

Tak sedikitpun rasa jijik saat mengurusmu. Bagi kami inilah saat terindah, bisa memperlakukanmu bagi malaikat tak bersayap. Malaikat yang berhati mulia kelak. Kami setia, saat mata ini masih terbuka.Ketika musim dingin tiba, kami menjagamu hingga pagi hari. Kami tak mau engkau menangis di malam hari.  Ketika musim panas datang, kami menjagamu biar kulit tetap mulus. 

Engkau terus ada pada gendongan kami, walau kami sibuk bekerja. Terkadang kami ingin tertidur walau sebentar saja, tapi rasa cinta kami melebihi keinginan kami. Kami tak akan tidur sebelum engkau tidur, begitu juga kami akan terbangun saat engkau belum bangun. 

Inilah cara agar engkau tahu kapan dan dimanapun kami sungguh mengasihimu.Ketika engkau belajar merangkak dan berjalan, kamipun menjagamu. Tak ingin engkau jatuh dan terluka saat bermain. Sedikit saja engkau terjatuh, kami saling mempersalahkan. 

Kadang kami bertengkar karena engkau selalu rewel dan menagis ketika keinginan bermainmu tak mengenal batas waktu.  Malam haripun engkau masih bermain sementara kami ingin tidur. Beberapa kali, engkau mengajak kami bermain bersamamu, walau kami lelah bekerja seharian. 

Semakin hari engkau bertumbuh dewasa. Melihatmu mengenakan seragam sekolah, kami bermimpi jika suatu saat engkau menjadi sukses. Apapun permintaanmu kami akan turuti. Membelikan sepatu baru, seragam,  tas, sepeda dan berbagai jenis dan alat permainanmu adalah hal yang biasa kami lakukan. 

Kami ingin engkau bahagia, walau engkau tak tahu bagaimana susahnya mencari uang. Kami terpaksa menggadaikan perhiasan ibumu, hutang di koperasi, di tetangga demi dan hanya bisa membahagiakanmu. Janganlah sekolahmu terganggu hanya karena kami tak bisa memenuhi keinginanmu.

Biaya hidupmu semakin hari semakin tinggi oleh tuntutan ilmu, gaya hidup modern dan kegiatan ekstrakurikuler. Namun demikian, tak ada rasa putus asa untuk terus menjadikanmu yang terbaik dihadapan teman-temanmu. Sedih ketika tuntutanmu tinggi, padahal hanya untuk gengsi yang tidak begitu mendesak dan penting. 

Namun sebagai orang tua, kami tidak ingin engkau kecewa. Apapun caranya, asal halal kami terus berjuang.Suatu waktu, kami meneteskan air mata, saat melihatmu sukses kuliah. Dari sekian banyak orang, engkau salah satu terbaik lulusan pada sebuah perguruan tinggi ternama. 

Engkau akhirnya diterima untuk bekerja. Kami merasa sebagai orang tua yang paling beruntung. Sejak hari pertama kelahiran, hingga hari pertama kesuksesanmu, kami tetap tersenyum bahagia bersamamu. Bahagia bukan karena kecerdasanmu, bukan juga karena prestasi dan pekerjaan yang mapan. 

Tak ada yang bisa dibanggakan dari hasil gaji yang lumayan banyak. Namun, kami ingin engkau bahagia, ketika engkau menyadari bahwa ada dua sosok yang dengan segala keterbatasan telah membuktikan rasa cinta kepadamu. 

Tak ada harta yang bisa engkau berikan sebagai balasannya. Cukup sedikit rasa syukur untuk segala yang telah terjadi. Demikian ungkapan doa dari kedua orang tuamu, dalam derai air mata sukacita.Ketika engkau menemukan kebahagiaanmu, pada saat itulah raga kami mulai lemah,  rapuh dan sedikit demi sedikian tak kuat bekerja lagi. 

Seadanya kami menghabiskan masa tua dengan simpanan yang tak banyak jumlahnya. Hanya sekedar membeli makan, berobat jika sakit, serta membayar listrik dan air. Hingga maut menjemput, kami ingin membuktikan bahwa kami tidak akan kehausan, kelaparan dan tidak tinggal dalam kegelapan.

Menikmati masa tua adalah cara  untuk menghabiskan rasa cinta yang masih tersisa di antara kami berdua. Setiap hari kami berceritera tentang masa kecilmu, saat sekolah, saat engkau berlibur dan saat kini engkau telah sukses. 

Ceritera tentangmu tak pernah habis, karena engkau adalah cerita yang hidup. Bangga sebagai orang tua yang sukses dan telah membuat sejarahmu dalam kenangan demi kenangan. Kami sadar bahwa banyak harta telah kami jual, banyak uang habis terpakai, tidak sedikit tenaga kami korbankan namun hingga tua rasa cinta kami tidak sedikitpun pudar ataupun hilang. Semuanya kami peroleh karena kekuatan cinta.

Karena cinta kami melindungimu, dan karena cinta kami ingin engkau menyaksikan kami bahagia di hari tua. Pada waktunya kami akan pergi, tetapi kami berharap cinta kami tetap hidup, bukan sebagai bagian dari ceritamu, melainkan karena engkau telah meneruskannya. 

Kami ingin catatan yang tersembunyi ini akan tersingkap pada waktunya, agar engkau tahu siapa orang tuamu, perjuangannya serta rasa cinta terhadapmu.


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.