1 min dibaca
18 Sep
18Sep
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Keberhasilan hidup manusia antara lain ditentukan oleh usaha dan ikhtiarnya. Mereka yang genius dan berbakat belum tentu lebih sukses daripada yang IQ-nya biasa-biasa saja. Daniel Goleman (Multiple Intelligence) menulis bahwa kemampuan intelektual hanya menyumbang sebagian kecil bagi hidup yang sukses. Usaha dan kerja keras ikut menjadi faktor penentu.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberi kontribusi besar dalam memajukan dan mengembangkan masyarakat dekat dengan usaha. Namanya, "trial and error" dan penelitian yang setelah diulang-ulang menghantar orang sampai pada kesimpulan yang kuat dan bermanfaat.

Agama yang baik dan benar juga mengajar orang untuk berikhtiar. Itu bagian dari tugas manusia saat mempersiapkan diri dalam menerima rahmat dan pemberian Tuhan. "Masuklah melaui pintu yang sempit itu," demikian kata Sang Guru Kebijaksanaan.

Masyarakat modern yang dilengkapi dengan "artificial intelligence" (AI) memiliki peluang jauh lebih besar untuk berkreasi. Mereka yang berusaha memanfaatkan itu lewat cara "out of the box" berkontribusi positif-konstruktif bagi kehidupan bersama.

Berusaha memang tidak selalu mudah. Di samping membutuhkan "kenakalan" dan kreativitas, orang juga dituntut punya nyali. Keberanian itu bukan untuk menggertak atau menakut-nakuti orang, melainkan untuk menundukkan ketakutannya sendiri. Orang yang dapat menundukkan diri sendiri tidak akan takut terhadap para lawan di luar dirinya. Bukankah musuh terbesar setiap orang adalah dirinya sendiri?

Presiden Jokowi termasuk tipe pemimpin dan pengusaha yang bernyali. Dibandingkan dengan penceramah yang sedang kena kasus hukum itu, beliau mungkin kalah pandai. Namun beliau lebih cerdas dan bijaksana. Nyalinya besar sehingga tidak gentar saat ditakut-takuti.

Pemikiran, visi, dan langkah-langkah strategis yang durumuskan tampaknya sederhana, tetapi mendalam dan efektif tatkala dieksekusi di lapangan. Hasilnya tercermin dalam kepuasan masyarakat hingga di atas 80 persen pada tahun terakhir periode kedua pemerintahannya.

Presiden yang berusaha secara kreatif dan berani tidak akan menjadi bebek lumpuh di akhir pemerintahannya. Kini, kita mesti mempersiapkan pengganti yang memiliki "trait" serupa. Puji Tuhan, sudah ada orangnya. Siapa dia? Maaf, renungan ini belum berubah jadi forum kampanye.

Salam dan Tuhan memberkati.
Senin, 18 September 2023Alherwanta

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.