1 min dibaca
14 Oct
14Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Pembicara internasional di bidang spiritualitas itu terkejut ketika berada di tengah generasi milenial. Mereka adalah anak-anak muda berbakat di komputer dan teknologi informasi. Bekerja di pusat teknologi informasi dunia.

Undangan itu terasa bagai misteri. Berada di tengah mereka seperti ironi. Apa yang mereka cari? Adakah Tuhan di antara komputer dan program-program canggih itu? Bukankah mereka sangat percaya diri karena menguasai komputer dan TI?

Ternyata, mereka itu sama dengan manusia pada umumnya. Rindu akan makna dan tujuan hidup. Komputer dan segala kecanggihannya tidak menjawab rasa rindu terdalam yang tersimpan di lubuk hati. Mereka sedang mencari koneksi. Bukan koneksi yang selama ini mereka geluti.

Data bahwa sebagian anak muda tak lagi tertarik beribadah atau beragama tidak berarti bahwa agama dan spiritualitas itu bagi mereka basi. Sepanjang zaman manusia mendambakan koneksi dengan Sang ilahi.

Barangkali dalam agama-agama yang sibuk dengan diri sendiri mereka tidak menemukan jawaban atas rasa haus dalam lubuk hati. Dalam pemimpinnya yang sibuk bermain politik, agama makin tidak menarik.

Sebagian ajaran agama dan iman disajikan secara basi. Tidak ubahnya lembaga agama telah menjadi museum dinosaurus yang tak terurus.

Masih menarikkah agama yang demikian? Sabda Sang Guru Kebenaran kepada para ahli Taurat menemukan relevansinya. "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi" (Luk 11: 52).

Jangan-jangan sebagian pemimpin agama saat ini seperti para ahli Taurat itu. Generasi milenial ingin masuk ke dalam pengetahuan akan yang ilahi, tetapi terhalang oleh agama yang sudah amat terinstitusionslisasi. Kaku dan jadi birokrasi mati.

Kamis, 14 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.