1 min dibaca
26 Aug
26Aug

Suara Keheningan I RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Banyak orang bercita-cita menjadi bos. Mengapa? Ternyata, bos yang dalam bahasa Kantonnya lou5 baan2 (老闆) mengandung arti "owner" atau pemilik. Menurut KBBI, bos adalah orang yang berkuasa mengawasi dan memberi perintah kepada karyawan. Majikan.

Menjadi bos tentulah hak tiap orang. Atas dasar kebebasan dan kemampuannya orang boleh meraih posisi itu. Dunia politik diwarnai dengan hasrat demikian. Misalnya, orang ingin merebut posisi ketua partai, presiden, perdana menteri, raja atau kaisar, dan lain-lain. Demikian pula di bidang ekonomi, orang ingin menjadi yang terkaya dan dilayani.

Hampir dalam segala hal orang dapat merebut posisi itu. Hanya dalam satu hal orang mustahil menduduki posisi 老闆. Siapa pun, apa pun kedudukannya dan berapa pun kekuasaan dan hartanya, punya kedudukan sama, yakni pelayan. Bukan bos. Setiap orang adalah hamba atas kehidupan; bukan "owner" atau 老闆.
Siapa yang bisa menentukan dan memerintah atas hidupnya? Adakah yang berani menentukan awal dan akhir hidupnya? Bunuh diri pun menunjukkan betapa lemahnya manusia dalam menghadapi hidup. Bukankah orang beriman kuat dan yang menyadari bahwa hidup adalah pemberian takkan melakukan tindakan nekat itu?

Dalam konteks itu, Sabda Sang Guru Kehidupan amat relevan. "Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (Mat 24: 42-44).

Misteri kehidupan dan kematian dikaitkan dengan perilaku "pencuri" yang selalu mencari kelengahan sang pemilik. Kapan pun dan di mana pun kematian bisa datang. Banyak yang terjadi mendadak dan membuat terbelalak; hati terhentak. Jumlah korban pandemi yang hingga kini terus bertambah menegaskan hal ini. Siapa berkuasa menghentikan kematian?
Mengingat tak seorang pun bisa jadi 老闆 atas hidupnya, betapa pentingnya menyadari tugasnya sebagai hamba yang selalu siap sedia menyambut kedatangan tuannya. "Pencuri" atas hidup ini adalah kematian. Karena Tuhan telah mengalahkan kematian, mereka yang percaya dan menggabungkan diri dengan Dia tidak perlu takut terhadap si "pencuri" itu.

Yang diperlukan adalah berjaga-jaga dan melakukan segala persiapan. Menyadari dan menghayati tugasnya sebagai hamba.

Kamis, 26 Agustus 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.