1 min dibaca
14 May
14May

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dalam menempuh perjalanan hidupnya, manusia membutuhkan penuntun. Wujudnya bermacam-macam seperti peta perjalanan, petunjuk arah atau nasihat dari orang bijak. Berkat tuntunan itu perjalanan akan dengan aman dan pasti sampai ke tujuan.

Ketika hendak menentukan pengganti rasul Yudas yang telah mengkhianati Gurunya dan menemui ajalnya, para rasul berdoa. Mereka memohon bantuan Roh Kudus untuk menentukan siapa yang layak dipilih sebagai pengganti. "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya" (Kis 1: 24-25).

Kemudian mereka membuang undi atas keduanya dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu" (Kis 1: 26).

Tuntunan hidup juga bisa diperoleh dari Tuhan. Dalam saat penting dan kritis orang beriman datang kepada Tuhan meminta bimbingan dalam mengambil keputusan. Ada yang lewat doa yang sederhana, mendalam dan penuh iman; ada yang berpuasa atau melakukan laku rohani lainnya. Misalnya, rekoleksi atau retret.

Dalam keheningan fisik dan batin orang bisa menangkap bisikan dan tuntunan Tuhan yang menuntun perjalanan hidupnya. Dunia yang amat sibuk dan seolah tidak mempunyai waktu lagi untuk berjumpa dengan Tuhan membuat banyak orang rindu akan saat-saat itu. 

Dapat dimengerti rumah retret yang kami layani di Shek O, Hong Kong hampir setiap hari terisi. Ada yang rekoleksi, ada yang mengadakan retret, baik pribadi maupun kelompok. Mereka masuk dalam suasana sunyi, bermeditasi untuk bertemu dengan Sang ilahi yang bertahta di lubuk hati.

Memang masalah dan tantangan hidup bisa terasa berada di atas kemampuan akal manusia. Hidup yang penuh misteri perlu dihadapi dengan daya rohani yang melampaui akal budi. Pandemi yang sedang melanda dan cara orang menghadapi hanyalah contohnya.

Sementara pemerintah berusaha mengatasi dengan segala daya upaya, sebagian orang melawan dengan macam-macam provokasi. Mengail di air keruh. Sikap demikian tidak perlu diikuti. 

Sebagai bangsa yang mempunyai Pancasila, orang Indonesia perlu menghadapi masalah dan tantangan dengan melibatkan Tuhan. Misalnya, dengan berdoa. Mengapa? Karena doa bisa menjadi penuntun perjalanan dan cahaya bagi pengambilan keputusan.


Jumat, 14 Mei 2021 | Pesta Rasul Matias | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.