1 min dibaca
26 Jun
26Jun

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kedatangan seorang tamu mempunyai makna yang bervariasi. Ada yang disambut dengan meriah, megah dan khidmat. Ada pula yang dihadang karena datang dengan niat jahat. Siapa pun tamunya dan apa pun motifnya membuat tuan rumah selayaknya bersiap-siap.

Ketika Abraham sedang berada dalam kemah, dia melihat tiga orang pria lewat di depan kemahnya. Diundangnya mereka mampir. Disediakannya air pencuci kaki dan santapan lezat, yakni roti dan daging olahan yang empuk. Sebagai balasan atas keramahtamahannya, Abraham dikaruniai seorang anak yang lahir dari Sara, isterinya yang waktu itu sudah sembilan puluh tahun usianya.

Sang perwira dalam Injil beda lagi. Dia datang dan memohon Sang Guru Kehidupan agar menyembuhkan hambanya yang sakit. Namun dia merasa tidak pantas Sang Guru datang di rumahnya. Dia percaya bahwa Sang Guru cukup mengucapkan sepatah kata, niscaya hambanya akan sembuh.

Sekilas dia bertindak sebagai tuan rumah yang kurang ramah. Namun sesungguhnya dialah tuan rumah terbaik. Dia menerima Sang Tamu bukan di rumahnya, tetapi menyambut-Nya dalam hati yang penuh iman.

Itulah yang dipuji Sang Guru, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel" (Mat 8: 10). Sang Guru pun bersabda, "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya" (Mat 8: 13).

Baik Abraham maupun perwira itu menyambut tamu dengan baik. Tiga pria itu perwujudan dari Tuhan. Sedangkan perwira itu menyambut Sang Guru Kehidupan dengan penuh iman. Keduanya menerima anugerah dari Allah. Demikianlah, barangsiapa dengan iman menyambut Allah dilimpahi berkah.

Tuhan ingin bertamu juga di rumah setiap orang; di dalam hati setiap insan. Bukankah Sang Guru bersabda, "Lihat, Aku datang dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama dengan Aku" (Why 3: 20). Makan bersama adalah lambang keakraban dan persatuan.

Berapa orang sungguh mendengarkan suara ketukan Tuhan di pintu hatinya? Siapakah yang segera membuka pintu bagi-Nya? Alangkah bahagianya hati yang senantiasa terbuka dan bersedia menyambut kunjungan Sang Tamu Agung.

Sabtu, 26 Juni 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.