1 min dibaca
09 Mar
09Mar
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dari mana datangnya obat,dari racikan kimia di ruang farmasi.Dari mana datangnya tobat,dari indera yang menggerakkan hati.

Proses pertobatan itu kadang berawal dari indera yang peka, khususnya mata dan telinga. Kemudian menggerakkan hati yang mengakui kesalahan dan bertobat. Itulah yang terjadi pada zaman nabi Yunus (Yun 3: 1-10).

Dia datang ke kota Ninive dan menyerukan pertobatan. "Empat puluh hari lagi, maka Ninive akan ditunggangbalikkan" (Yun 3: 3). Orang Ninive percaya kepada Allah dan bertobat. Mulai dari raja hingga rakyat biasa mengenakan kain kabung. Bahkan binatang pun tidak boleh makan dan tidak boleh minum (Yun 3: 5-9).

Apa yang terjadi? Melihat bahwa penduduk Ninive bertobat dan berbalik kepada-Nya, Allah membatalkan malapetaka yang telah dirancang-Nya kepada mereka (Yun 3: 10).

Bandingkan dengan orang-orang Yahudi yang mengelilingi Sang Guru Kehidupan. Mereka sudah berhadapan dengan tanda jelas yang datang dari Allah, tetapi mata mereka tak mau melihat. Telinganya juga tidak bersedia mendengarkan. Ujung-ujungnya, hatinya tidak percaya.

Mereka masih meminta tanda bahwa Allah ada di tengah mereka. Mereka menuntut mukjizat dari Sang Guru.

Namun tidak ada lagi mukjizat yang perlu diberikan. Mengapa? Karena penduduk Ninive bertobat oleh seruan Yunus dan ratu dari Selatan datang mendengarkan Salomo. Sementara yang mereka hadapi itu tanda yang jauh lebih besar dari Yunus dan Salomo. Pertobatan lebih dari melihat tanda, tetapi sikap percaya.

Apakah aku membuka mata dan telinga serta hati untuk menerima peringatan dari Tuhan? Tanda manakah yang mengajak aku bertobat? Ataukah aku masih tidak percaya bahwa untuk diselamatkan memang harus bertobat?

Rabu, 9 Maret 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.