1 min dibaca
10 Oct
10Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hampir semua orang setuju bahwa tujuan hidup ini adalah kebahagiaan sejati. Ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan itu.

Ketika masih berada jauh dari tujuan itu, orang seperti ditarik oleh kekuatan besar untuk ke sana. Itulah yang dialami seorang kaya yang berlari-lari mendekat lalu bertelut di hadapan Sang Guru Kehidupan. Dia bertanya tentang apa yang mesti dilakukannya untuk memperoleh hidup yang kekal (Mrk 10: 17).

Sang Guru menjawab bahwa dia mesti menaati hukum Tuhan (Mrk 10: 19). Ternyata, itu sudah dilakukan sejak masa mudanya (Mrk 10: 20). Maka Sang Guru dengan penuh kasih menyuruh dia menjual semua miliknya dan memberikannya kepada orang miskin agar dia beroleh harta di surga, lalu mengikuti Sang Guru (Mrk 10: 21).

Tetapi orang itu pergi dengan hati kecewa, karena banyak hartanya (Mrk 10: 22). Dia tidak ikhlas melepaskan harta sementara untuk memperoleh harta yang baka. Dia mengira bahwa menaati hukum Tuhan dan menjadi kaya (yang berarti diberkati Tuhan) itu sudah cukup.

Ternyata, itu belum cukup. Untuk sampai pada kebahagiaan sejati yang perlu dilakukan adalah melepas yang sudah diperolehnya. Bukan menggenggamnya.

Jalan untuk tiba di sana bukan prestasi manusia, tetapi anugerah Allah, yakni kebijaksanaan. Sang Kebijaksanaan yang adalah Tuhan itu sudah mewujud dalam diri Sang Guru Kehidupan.

Karena itu, semua perlu dilepaskan untuk mengikuti Sang Kebijaksanaan. Mereka yang sudah memilikinya mendapatkan harta tak ternilai (Keb 7: 7-11).

Itulah pilihan yang paling tepat. Tetapi memilih memang tidak mudah. Demikian pula memilih mengikuti Sang Kebijaksanaan.

Minggu, 10 Oktober 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.