1 min dibaca
05 Jun
05Jun

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Orang bijaksana berkata, "Lebih baik memberi daripada menerima." Berbahagialah mereka yang memahami dan mewujudkan itu dalam hidupnya. Mereka menikmati surga tatkala masih di dunia. Ajaran berikut ini menggarisbawahi.

"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Mrk 12: 41-44).

Tindakan janda miskin itu dianggap bodoh oleh mereka yang mengutamakan diri sendiri; sulit bermurah hati. Ukuran Tuhan dalam bermurah hati berbeda dari yang dipakai oleh dunia. Murah hati itu mencakup penggunaan uang, waktu, tenaga, komitmen dan setiap aspek lain dari kehidupan ini. Bermurah hati berarti memberikan semua yang dimiliki; seluruh hidup.

Ini hanya mungkin dipenuhi oleh mereka yang menempatkan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai pusat dan bagian terpenting dari hidupnya. Apakah itu berarti bahwa orang tidak boleh punya sesuatu pun? Jawabannya "tidak" dan "ya".

"Ya" berarti bahwa orang mesti secara rohani melepaskan diri dari segala yang bukan kehendak Tuhan. "Tidak" dalam arti orang boleh menggunakan apa saja yang dimilikinya sejauh itu untuk kehendak Tuhan. Intinya, apapun yang orang miliki tidak menghambatnya dalam mencintai Tuhan dan sesama.

Itu hanya bisa dilakukan dengan meneladan Sang Guru Kehidupan. Dia telah menyerahkan seluruh hidup-Nya untuk melakukan kehendak Tuhan. Konkretnya, menyadari bahwa seluruh milik itu adalah sarana untuk mengabdi Tuhan; bukan tujuan yang harus dipertahankan mati-matian.

Bonifatius, yang berarti orang yang berbuat baik adalah salah satu contohnya. Lahir di Inggris tahun 673 dan pergi menjadi misionaris di Jerman tahun 713. Ditahbiskan menjadi uskup pada tahun 722. Pada tahun 732 oleh Paus Gregorius III diangkat menjadi Uskup Agung.  Bonifatius wafat sebagai saksi iman pada 5 Juni 754. Karena dia memberikan semua yang dimiliki untuk Tuhan, hidupnya menjadi persembahan itu sendiri.

Sikap janda miskin itu bisa dihayati oleh siapa saja. Syaratnya orang menyadari bahwa semua harta milik, sedikit atau banyak hanyalah alat untuk mengasihi; baik untuk mengasih Tuhan maupun sesama. Semakin besar kasih seseorang, semakin mudah dia memberikan dirinya sebagai persembahan hidup.

Sabtu, 5 Juni 2021 | PW Santo Bonifatius, uskup dan martir | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.