1 min dibaca
25 May
25May

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Seandainya tidak ada suap-menyuap dalam layanan publik, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak diperlukan. Omongan tentang 75 pegawai KPK yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan pun hanya khayalan. Faktanya, suap-menyuap dan kasus korupsi itu realita.

Jangankan pejabat publik dan tokoh partai politik, Tuhan pun disuap. Sebagian orang beragama berpendapat bahwa Tuhan itu bisa disuap. Mereka memberikan sedikit kepada Tuhan dengan harapan memperoleh kembali dari-Nya lebih banyak. Orang demikian mudah kecewa ketika permohonannya tidak segera Tuhan penuhi, padahal sudah memberi persembahan kepada Tuhan.

Kitab Putera Sirakh menegaskan beberapa pelajaran penting. Pertama, "Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab Ia tidak akan terima" (Sir 35: 11). Kedua, "Barangsiapa memenuhi hukum Taurat mempersembahkan banyak korban, dan orang yang memperhatikan segala perintah menyampaikan korban keselamatan" (Sir 35: 1). Ketiga, "Orang yang membalas kebaikan mempersembahkan korban sajian dan yang memberikan derma menyampaikan korban syukur" (Sir 35: 2).

Korban kepada Tuhan terutama dihubungkan dengan tindakan konkret sehari-hari, baik kepada Tuhan maupun sesama. Dalam beriman hendaknya orang tulus. Tidak boleh berbisnis; apalagi menyuap Tuhan. Bukankah Tuhan itu pemilik segala sesuatu dan Dia Mahapemurah?

Dia memberikan secara berlimpah kepada semua orang yang sepenuhnya percaya kepada-Nya. Sang Guru Kehidupan bersabda kepada Petrus yang telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia. "Aku berkata kepadamu, barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Mrk 10: 29-30). Melepaskan berarti tidak melekat kepadanya dan menganggapnya jauh lebih penting dari Tuhan.

Tuhan meminta satu, tetapi memberikan seratus kali lipat. Mereka yang sungguh mempercayakan hidup kepada Tuhan, tidak akan menyuap Tuhan. Suap-menyuap terjadi karena motivasi bisnis. Masak dengan Tuhan berbisnis?

Selasa, 25 Mei 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.