1 min dibaca
27 Sep
27Sep

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Ketika kecil dia kenyang dengan pelbagai macam ejekan dan bulian. Apa boleh buat. Yang serba minim menempel pada dirinya.

Badannya kecil. Wajah juga tak tampan. Tergolong anak bodoh pula. Di kampung, secara agama juga minoritas.
Teman-temannya yang berasal dari keluarga kaya suka menghina dan menertawakannya. Mereka membanggakan harta orangtuanya.

Semua tak menyurutkan nyalinya. Ia bertekad menjadi orang yang memberikan diri kepada sesama. Pengalaman pribadinya menyemangati untuk mencintai dan memperhatikan kaum kecil dan miskin. Mereka yang sering dihina.

Ketika hidupnya sukses dia tetap mencintai mereka. Didirikannya banyak panti asuhan dan rumah jompo. Masih juga mendirikan Yayasan untuk murid dan mahasiswa miskin yang tidak sanggup membayar uang sekolah atau kuliahnya.

Lebih dari sepuluh persen hasil perusahaan raksasanya disumbangkan kepada masyarakat, terutama yang miskin dan menderita.

Waktu meninggal ribuan karangan bunga dikirim ke rumah duka. Ucapan dukacita menghiasi koran cetak dan online.

Beberapa datang dari cucu-cucu tetangganya yang dulu kaya raya, tetapi sudah bangkrut dan tak sanggup membiayai cucunya untuk sekolah. Mereka ini dibantunya hingga berhasil dalam hidup.

Orang besar itu berasal dari pribadi yang dulu serba minim dan kecil. Tuhan membalikkan semuanya. "Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar" (Luk 9: 48).

Senin, 27 September 2021PW Santo Vincentius a Paulo | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.