1 min dibaca
30 Sep
30Sep

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dalam melaksanakan karya-Nya Tuhan Allah melibatkan manusia. Demikian pula Sang Guru Kehidupan mengutus para murid-Nya untuk ikut mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Luk 10: 9).

Para utusan itu perlu mengingat pesan Sang Guru. Pertama, mereka akan berhadapan dengan pelbagai ancaman yang amat berbahaya. Seperti anak domba berada di tengah serigala (Luk 10: 3).

Kedua, mereka hanya boleh mengandalkan Tuhan; bukan pundi-pundi atau bekal (Luk 10: 4). Allah melengkapi mereka.

Ketiga, tugas utama mereka adalah membawa damai. "Kalau memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini" (Luk 10: 5). Itulah salah satu tanda kehadiran Tuhan. Damai sejahtera.

Keempat, memberi perhatian kepada mereka yang menyambutnya dan menghargai semua yang diberikannya. Karena utusan Tuhan patut mendapat upahnya (Luk 10: 7). Mereka yang menerima akan mencukupi kebutuhan mereka.

Akhirnya, mempersiapkan mental bila mereka ditolak. Tidak perlu mereka bersikap negatif terhadap penolakan itu. Cukup mengibaskan debu yang menempel di kaki (Luk 10: 11). Artinya, yang kotor dari tempat itu ditinggalkan. Jangan mengotori perutusan mereka selanjutnya.

Para utusan Tuhan itu perlu lebih dahulu hidup dalam Kerajaan Allah. Lalu mengalirkan nilai-nilainya, yakni damai, sukacita, kejujuran, kebenaran, kebaikan dan keselamatan.

Santo Hironimus adalah salah satu utusan itu. Dia melakukannya antara lain dengan menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin (Vulgata) sehingga dapat dibaca banyak orang yang waktu itu berbahasa Latin.

"The face is the mirror of the mind, and eyes without speaking confess the secret of the heart." Wajah itu cermin dari pikiran dan mata tanpa bicara menyatakan rahasia yang tersimpan dalam hati. Itulah salah satu kata-kata mutiara warisannya.

Kamis, 30 September 2021| PW Santo Hironimus, Pujangga Gereja | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.