Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Kerajaan-kerajaan duniawi silih berganti. Ada yang berganti secara damai; ada yang melalui revolusi. Sebagian malah hilang sama sekali.
Kerajaan demikian itu memang temporal dan terbatas. Sebagai sistem dan sarana kekuasaan kerap gentar terhadap musuh atau lawan.
Herodes sebagai raja wilayah jajahan Roma, misalnya, merasa gentar mendengar kabar bahwa ada "raja" di antara orang Yahudi. Ketika mengadili-Nya dia menghadapi raja yang berbeda dari yang dipikirkannya. Raja itu mendasarkan kerajaan-Nya pada kebenaran; tidak mengandalkan pasukan (Yoh 18: 37).
Kerajaan-Nya bersifat abadi, karena berdasarkan rencana ilahi. "Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan 7:14).
Dia menyelamatkan umat manusia lewat darah-Nya dan membebaskan mereka dari dosa. "Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya dan yang telah membuat kita menjadi satu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin" (Why 1: 5-6).
Raja ini tidak gentar menghadapi kekuasaan duniawi, karena Dia datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Nya (Yoh 18: 37). Kebenaran sejati itu abadi.
Sosok raja ini selalu relevan. Mengapa? Karena manusia mudah disesatkan oleh pelbagai opini, suara dan berita yang tidak benar. Kini, mereka yang menguasai komunikasi dan media bagaikan raja.
Namun, bila manusia hanya mendasarkan diri pada kekuatan dan kepentingan duniawi, niscaya kerajaannya takkan abadi. Mereka akan lenyap seperti kerajaan-kerajaan duniawi. Karena itu, orang diajak untuk mengimani raja kebenaran.
Minggu, 21 November 2021Pesta Yesus Kristus, Raja Semesta AlamRP Albertus Magnus Herwanta, O.Carm