1 min dibaca
19 Jan
19Jan
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm


Injil hari ini (Markus 3:20-21) amat pendek dan isinya mengejutkan. Seperti biasa, di mana pun Yesus berada, orang banyak berkumpul mengeruminya.

Begitu banyaknya orang yang mesti dilayani, hingga Dia dan murid-murid-Nya tidak sempat makan. Bukankah ini tanda jadwal hidup yang tidak normal? Mestinya Dia dan murid-murid-Nya memperhatikan dan memelihara kesehatan diri mereka.

Bahkan kaum keluarga-Nya datang dan hendak mengambil Dia. Mereka berkata, "Dia tidak waras lagi" (Markus 3:21). Apakah itu berarti Yesus benar-bebar tidak normal?

Menurut kaum keluarga-Nya, Yesus itu tidak normal. Mengapa? Pertama, anggota keluarga yang waras akan mengutamakan keluarganya daripada orang lain. Tetapi, ketika ibu dan sanak saudara mencari-Nya, Dia malah berkata, "Siapakah ibu-Ku dan saudara-Ku?" (Markus 3:33-35).

Kedua, tokoh agama Yahudi yang normal memiliki relasi yang baik dengan kaum Farisi dan ahli Taurat. Tidak demikian dengan Yesus. Berulang kali Dia berkonflik dengan mereka sampai akhirnya mereka membunuh-Nya.

Ketiga, sebagai seorang nabi dan rabbi, seharusnya Dia menjaga kesucian Diri-Nya. Namun, Yesus justru bergaul dengan kaum berdosa, pemungut cukai, penderita kusta, dan para pelacur.

Itulah konsekuensi dari tugas-Nya melaksanakan kehendak Allah, Bapa-Nya. Dunia tidak memahami-Nya dan menolak-Nya (Yohanes 1:11). Dia benar-benar dianggap orang yang tidak normal, karena kehendak Bapa-Nya bertentangan dengan keinginan dunia.

Para pengikut Yesus pun mesti siap mengalami hal serupa. Alih-alih mendapat pujian, diterima, dan dikasihi, mereka disalahpahami, dilawan, dan mesti menanggung pelbagai kekerasan. Bukankah mereka yang bertahan di sana termasuk orang-orang istimewa alias tidak normal?
Sabtu, 20 Januari 2024Alherwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.