1 min dibaca
17 May
17May

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Sebagai makhluk sosial manusia itu membutuhkan sesamanya. Berkumpul, bertemu dan bersekutu itu kebutuhan penting manusia. Membangun keluarga, misalnya, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Seiring perkembangan zaman manusia tidak hanya berkumpul dalam komunitas inti, yakni keluarga. Mereka juga berhimpun di tempat kerja, beraktivitas di kota dan berkerumun di tempat belanja. Di sana intensitas interaksinya tinggi.

Ironis, di tengah kota yang sibuk dan padat aktivitasnya serta banyak kerumunannya orang merasa sendirian. Alat komunikasi modern tercanggih belum mampu membebaskan manusia dari rasa kesepian. Terhubung dengan sesama secara virtual kadang hanya menghasilkan relasi dangkal. Belum menjawab kebutuhan relasional-emosional yang fundamental. Sebaliknya, banyak yang justru kehilangan makna kehidupan.

Kesendirian dan kesepian membesar tatkala manusia sibuk dan tenggelam dalam kegiatan eksternal yang hanya memenuhi kebutuhan sisi luar. Namun tatkala manusia kembali ke dalam, masuk ke lubuk hatinya, tiada alasan untuk merasa sendirian; apalagi kesepian.

Di sana orang menemukan teman sejati yang tidak pernah mengkhianati; kawan setia hingga mencapai tujuan perjalanan. Dia berjanji tidak akan meninggalkan manusia yang percaya kepada-Nya sebagai yatim-piatu (Yoh 14: 18). Dia bukan hanya menemani, tetapi telah mengalahkan segala tantangan dan kesulitan.

Dia menegaskan, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16: 33). Ini disampaikan terutama kepada para murid-Nya yang harus meneruskan karya-Nya di tengah dunia yang menentang jalan benar yang ditawarkan-Nya.

Masyarakat yang makin maju dan modern tidak selalu menawarkan jalan yang benar. Sukses dan kesenangan yang ditawarkan hanya memuaskan sisi luar dan menciptakan kegelisahan batin. Bentuknya, pelbagai macam kesepian dan kesendirian. Situasi demikian tidak perlu membuat orang putus asa. Mereka perlu percaya kepada Dia yang memberikan damai sejahtera dan sanggup membantu manusia menembus kesendirian.

Senin, 17 Mei 2021RP Albertus Herwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.