1 min dibaca
02 Feb
02Feb

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Menunggu bagi sebagian orang terasa amat membosankan. Mereka yang tekun menanti sampai semua terjadi pada waktunya memiliki keutamaan, terutama kesabaran.

Dalam dunia yang kini bergerak amat cepat menanti terasa berat. Ketika proses mematangkan buah bisa dikarbit, menunggu menjadi sangat sulit. Saat bersaing dengan budaya instan tahap-tahap pendidikan sering diabaikan.

Orang perlu melatih kesabaran; belajar dari orang beriman. Simeon dan Anna yang ada di Bait Allah menantikan hadirnya Sang Juru Selamat adalah dua guru yang tepat.

Tuhan telah berjanji kepada Simeon bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Sang Juru Selamat (Luk 2: 26). Setelah melihat dan menatang Dia, Simeon berkata, "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa" (Luk 2: 29-31). Simeon siap berangkat.

Anna, nabi wanita, anak Fanuel dari suku Asyer pun demikian. Dia menantikan datangnya Almasih dengan tinggal di Bait Allah kurang lebih enam puluh tahun. Bayangkan, menunggu selama enam dekade!

Dia dapat melihat Sang Juru Selamat itu ketika usianya 84 tahun (12x7). Angka yang barangkali menunjuk pada karya Allah yang tidak pernah terlambat atau terlalu cepat. Sempurna.

Keduanya mengingatkan bahwa menantikan Tuhan tidak pernah membosankan. Setiap hari bermakna dan berarti bagi yang mempersembahkan hidupnya bagi sang ilahi. Allah memberi jawaban kepada semua orang yang sabar dan tekun menanti dalam iman.

"Faith is taking the first step even when you don't see the whole staircase." (Martin Luther King, Jr.)

Rabu, 2 Februari 2022Pesta Yesus dipersembahkan di Bait AllahRP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.