Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Sejak sebelum merdeka penduduk Nusantara telah mendambakan suatu masyarakat yang adil dan makmur; sejahtera. Karena itu, para "founding fathers" merumuskan cita-cita dalam Pancasila yang menjadi pegangan dalam mewujudkan cita-cita itu.
Mampu memiliki dan menghafalkan Pancasila tidak menjamin terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan. Pernah, Pancasila digunakan untuk membela kepentingan rezim yang korup. Jauh panggang dari api.
Tatkala pemimpin negeri memberi contoh hidup sesuai Pancasila dan berani mewujudkannya dengan mengambil risiko, barulah rakyat merasakan buah dari Pancasila. Memang, yang jauh diperlukan itu melaksanakannya.
Demikian pula yang dikehendaki Tuhan dengan firman-Nya. Orang diharapkan mendengarkan dan melaksanakannya.
Mengimani Tuhan dan membaca semua peraturan yang dibuat-Nya adalah mulia. Mewartakan dan mengagungkan nama-Nya amat pantas dan sudah selayaknya.
Namun itu belum cukup. Yang Tuhan harapkan dari kaum beriman adalah mendengarkan sabda-Nya yang berarti menaatinya. Taat itu nyata dalam tindakan mewujudkannya. Karena itu, Sang Guru bersabda, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Luk 11: 28).
Seluruh rakyat Indonesia berbahagia ketika Pancasila sepenuhnya terwujud nyata. Lebih-lebih bila mereka bisa ikut mewujudkannya. Jauh lebih membahagiakan lagi tatkala orang dapat mewujudkan sabda Tuhan. Memang, sabda Tuhan itu melampaui Pancasila.
Sabtu, 9 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.