1 min dibaca
20 Mar
20Mar
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Bagi manusia, makanan mempunyai pelbagai makna. Ada makna kesehatan, sosial, dan politis.

Mengonsumsi makanan yang sehat akan berujung pada hidup yang sehat. Pola makan menentukan kualitas hidup. Sebaliknya, menuruti nafsu makan yang tidak teratur akan menyebabkan badan lebih cepat uzur; tidak panjang umur.

Makanan itu mempunyai makna sosial. Menikmati makanan dapat mengungkapkan makna sosial. Dalam kenduri, orang mengungkapkan ikatan sosial-kekeluargaan dengan saudara dan tetangga.

Ada kalanya, makanan bermakna politis. Kepada orang-orang miskin yang sulit memenuhi kebutuhan dasarnya, para politisi mendulang suara dengan menjanjikan hidup yang sejahtera. Para penguasa memenuhi kebutuhan makanan rakyatnya agar stabil dan kokoh kekuasaannya.

Di atas semua itu, makanan itu memiliki makna eksistensial. Artinya, menentukan hidup mati seseorang, sekelompok orang; bahkan suatu bangsa.

Tidak cukup hanya menyediakan makanan yang cukup bagi rakyat. Pun masih belum tentu menjamin kelangsungan hidup bangsa, tersedianya pelbagai makanan yang berlimpah.

Makanan bergizi dan sehat yang tidak hanya mengenyangkan dan menyehatkan pun amat diperlukan. Yang harus diwaspadai adalah kandungan yang tersimpan dalam makanan. Apakah mereka membuat orang tetap cerdas dan berkualitas?

Bukankah makanan itu bukan hanya menggantikan sel-sel yang rusak, tetapi juga harus mempertahankan nilai tinggi gen suatu bangsa?

Politik makanan bukan hanya soal mempertahankan kekuasaan, melainkan tentang kontinuitas suatu bangsa. Makanan memang menentukan eksistensi manusia.

Salam dan Tuhan memberkati.
JIKN, Senin 20 Maret 2023AlherwantaRenalam 079/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.