1 min dibaca
02 Jul
02Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta,O.Carm

Agama, dalam arti tertentu, berperan untuk  mendekatkan manusia dengan Tuhan. Karena Tuhan itu mahakudus, masuk akal bahwa untuk mendekat kepada-Nya orang mesti suci alias steril dari dosa. Dalam liturgi, misalnya, orang diajak bertobat, menyesali dosa dan mohon ampun lebih dahulu supaya layak berdoa kepada Allah yang mahasuci.

Kadang agama menjadi begitu keras terhadap mereka yang berdosa sehingga tidak merangkul, tetapi menghindari mereka. Menghakimi dan menolak bergaul dengan mereka. Dengan itu, agama justru gagal sejak awal menjalankan peranannya.

Orang-orang Farisi yang merasa terkejut melihat Sang Guru Kehidupan berjamu dengan pemungut cukai dan pendosa dan memrotesnya menunjukkan sikap itu. Mereka bertanya kepada murid Sang Guru, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Mat 9: 11). Mereka berpikir bahwa utusan Tuhan tidak semestinya bergaul dengan kaum pendosa. Dia akan terkontaminasi oleh dosa. Jadi ikut kotor.

Sang Guru yang mendengar pertanyaan kaum Farisi itu pun menjawab,"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit ... Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Mat 9: 12-13). Dengan ini Sang Guru menegaskan dua hal penting.

Pertama, Tuhan sumber kesucian tidak akan menjadi kotor ketika berkumpul dengan orang berdosa. Sebaliknya kesucian-Nya akan membuat dosa mereka yang bertobat dibersihkan.

Kedua, tujuan utama kehadiran-Nya adalah mengampuni orang berdosa dan menyelamatkan mereka. Tanpa dekat dan bergaul dengan mereka, bagaimana kaum pendosa akan mengenal-Nya, percaya dan diselamatkan?
Kembali ke alinea pertama. Agama itu berperan mendekatkan manusia dengan Tuhan. Tidak boleh takut dan steril terhadap orang berdosa. Kalau agama dan pengikutnya menolak kaum berdosa dan membuang mereka jauh-jauh, bagaimana dapat menolong atau menyelamatkan mereka?

Jika agama menjadi lembaga steril, bagaimana mereka menjalankan misinya menyelamatkan umat manusia? Sikap seperti itu justru membuat orang tidak tertarik kepada agama dan penganutnya. Bukankah Allah yang tidak berdosa menjadi manusia dan tinggal di antara kaum pendosa untuk dapat menyelamatkan mereka?

Jumat, 2 Juli 2021RP Albertus Herwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.