1 min dibaca
13 May
13May
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Suatu hari pada tahun 2010, aku terbang dari Roma ke Paris. Dari bandara Charles de Gaulle aku mesti naik kereta api menuju Nantes. Jarak 364 km itu bisa ditempuh dalam 1 jam 59 menit.

Ketika aku masuk ke dalam kereta, aku melihat begitu banyak kursi kosong dalam gerbong-gerbong. Aku lalu duduk di salah satu kursi tanpa melihat nomor kursi pada tiketku.

Di suatu stasiun, seorang penumpang masuk dan memintaku pindah dari kursi yang aku duduki. Aku salah, karena duduk di kursinya. Lalu, aku pindah ke kursi lain yang kosong.

Ketika ada seorang penumpang lain naik di stasiun berikutnya, aku diminta pindah lagi oleh penumpang itu. Ternyata, itu kursinya. Eh...salah lagi.

"Mengapa orang tidak duduk saja di salah satu kursi kosong yang banyak itu?" Ternyata, setiap penumpang mesti duduk sesuai dengan nomor kursinya. Andai sejak zaman Orde Baru layanan Kereta Api Indonesia (KAI) seperti saat ini, aku tentu tahu dan tidak perlu pindah duduk dari kursi kosong satu ke kursi kosong lain dalam gerbong.

Terima kasih, Pak Ignatius Jonan yang tidak hanya membuat layanan KAI jauh lebih baik, tetapi mewariskan transformasi budaya bagi bangsa.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Sabtu 13 Mei, 2023Alherwanta Renalam 133/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.