1 min dibaca
20 Jun
20Jun

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Tuhan Allah bersabda kepada Ayub dari balik awan. Dia menyatakan kuasa-Nya dalam mengatur alam semesta. Kekuatan alam sebesar apa pun tunduk kepada-Nya. Inilah salah satu pegangan utama hidup ini.

Tatkala para murid menyeberangi danau Galilea bersama Sang Guru Kehidupan, angin badai dan gelombang besar menimbus perahu mereka. Hampir tenggelam, perahu mereka. Para murid yang sebagian adalah nelayan itu ketakutan. Mereka berseru kepada Sang Guru, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" (Mrk 4: 38).
Apa yang dilakukan-Nya? Dia berkata kepada alam, "Diam! Tenanglah!" (Mrk 4: 39). Angin itu reda dan danau menjadi tenang. Demikianlah Sang Guru, Allah yang menjadi manusia, menunjukkan kuasa-Nya atas alam.

Seperti para murid, manusia juga kerap menghadapi badai dan gelombang kehidupan. Para murid yang mengenal danau dengan baik pun ketakutan. Demikian pula manusia modern yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengenal dan menguasai alam kerap nyaris tak berkutik menghadapi perilaku alam.

Pandemi yang seakan tidak terprediksi dan nyaris tak terkendali sekarang ini hanyalah salah satu contoh. Kesaktian semua teori sekonyong-konyong seperti tak bernyali. Semua ini mengingatkan betapa kuatnya kuasa alam atas diri manusia.

Tanpa melibatkan Tuhan, mustahil badai kehidupan ini bisa dikendalikan. Syukur kepada Tuhan, bahwa Dia tidak pernah membiarkan manusia sendirian. Yang menyadari, menerima dan mau percaya kepada-Nya mengalami kuasa-Nya.

Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi manusia bisa secara lebih mudah menguasai alam ini. Namun ada kalanya orang merasa tak berdaya. Kuasa alam tampak begitu kuat. Memang, manusia tidak bisa menggantikan kuasa Allah atas alam ini. Kepada-Nya manusia semestinya percaya dan berpasrah.

Minggu, 20 Juni 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.