1 min dibaca
04 Oct
04Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Perceraian itu realita yang menyedihkan. Faktor penyebabnya kompleks. Hidup modern yang mengagung-agungkan kebebasan rupanya ikut menjadi salah satunya.

Banyak pasangan-suami tidak kapok mengambil keputusan yang selalu menyakitkan itu. Data menunjukkan angka perceraian di dunia naik 100 persen dari tahun 1970an ke tahun 2000an. Mayoritas korbannya adalah anak-anak yang tidak ikut bersalah.

Perceraian itu sudah ada sejak dahulu. Barangkali mulai manusia mengenal perkawinan. Yang jelas pada zaman Sang Guru Kehidupan fakta itu ada.

Orang Farisi bertanya kepada-Nya, "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" (Mrk 10: 12). Menjawab pertanyaan itu Sang Guru bersabda, "Pada awal mula dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mrk 10: 6-9).

Perceraian itu keputusan manusia. Bisa terjadi oleh karena pelbagai faktor. Itu bukan keadaan ideal. Tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Kehendak Allah selalu lebih benar daripada keinginan manusia. Alam mendukung dan menegaskannya.
Hampir setiap hari, di desa wisata Shek O Hong Kong, ada pasangan muda mengambil foto "pre-wedding." Sebagian membuat kamar ganti darurat di jalan depan rumah kami. Datang dengan mobil, lalu ganti baju di situ. Hmmm...!

Mereka seolah mau menegaskan bahwa kelemahan manusia yang menyebabkan perceraian tak sekuat niat mereka dalam mencinta. Mereka sadar dan mengalami bahwa hidup mereka untuk bersatu dalam cinta. Panggilan mereka membangun keluarga. Kembali ke aslinya.

Minggu, 3 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.