1 min dibaca
26 Jul
26Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Semua keluarga pada dasarnya adalah kudus. Inilah satu-satunya institusi yang tidak dibatalkan oleh dosa asal. Sebesar apa pun "kemarahan" Tuhan Allah, Dia tidak pernah menghapuskan keluarga. Karena itu, dalam kehidupan manusia keluarga mempunyai makna dan nilai yang  tinggi. Mengapa demikian? Berikut ini antara lain alasan detilnya.

Pertama, lewat lembaga ini manusia mempertahankan eksistensinya. Tanpa keluarga umat manusia sudah lama tiada. Karena itu, keluarga mempunyai nilai dan arti amat penting, baik bagi bagi Allah maupun manusia.

Kedua, keluarga menjadi lembaga yang sah untuk menghadirkan manusia-manusia baru. Di samping melahirkan manusia secara jasmani, melalui pendidikan keluarga menanam dan mengembangkan hidup rohani para anggotanya. Di sana anak-anak diajar mengenal, mencintai, menghormati dan takut akan Tuhan.

Ketiga, dalam keluarga relasi sosial yang paling dasar dibangun (Ef 6: 1-4). Relasi suami-isteri, orangtua dan anak, anak dan orangtua dibangun. Dalam keluarga besar ada relasi kakek-nenek dengan para cucu. Generasi muda dilatih untuk mencintai dan menghormati generasi terdahulu. Mereka itu mewariskan kebijaksanaan, cinta kasih dan pelbagai pengalaman hidup yang belum dimiliki generasi saat ini (Sir 44: 1. 10-12).

Keempat, Sang Juru Selamat juga lahir dan tumbuh besar dalam keluarga. Fakta itu menegaskan kembali kekudusan keluarga. Lebih dari itu, keluarga dijadikan pula sarana keselamatan bagi umat manusia. Sakramen atau tanda kehadiran Tuhan yang menyelamatkan, demikian Gereja Katolik meyakini dan mengajarkannya.
Akhirnya, keluarga itu menjadi jalan dan sarana mencapai kesucian. Di sana relasi suami-isteri dikuduskan Allah. Sekolah cinta kasih yang pertama dimulai dalam keluarga. Banyak pasangan suami-isteri yang berkat rahmat Tuhan digunakan sebagai sarana keselamatan yang amat nyata.

Salah satunya adalah keluarga Yoakim dan Anna, orangtua Bunda Maria yang melahirkan Yesus. Karena Bunda Maria adalah puteri dari Yoakim dan Anna, secara jasmani Yesus itu cucu dari Yoakim dan Anna. Tentu, Sang Juru Selamat jauh melampaui dimensi jasmani-Nya. Dia bukan hanya Yesus, tetapi Kristus (Christ).

Setiap keluarga dibangun atas dasar cinta kasih dan perintah Allah (Kej 1: 28). Mereka yang berusaha mewujudkan keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih yang sejati, dalam arti tertentu telah melakukan tugas suci. Walau kadar, tingkat dan kualitas kesuciannya berbeda, mereka itu boleh disebut keluarga kudus.

Senin, 26 Juli 2021| Peringatan Santo Yoakim dan Anna, orangtua Bunda Maria | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.