1 min dibaca
06 Sep
06Sep

Suara Keheningan I RP. Albertus Herwanta, O.Carm 

Mengapa begitu sulit menghargai dan menghormati kaum lemah? Hampir di mana-mana mereka menjadi korban.

Banyak orangtua membanggakan anaknya yang hebat luar biasa, tapi menyembunyikan anaknya yang berkebutuhan khusus. Ada guru yang suka membuli murid yang bodoh atau dari kelompok minoritas. Dalam masyarakat (negara), kelompok lemah kerap jadi korban permainan politik kelas elite. Rumah ibadah pengikut Ahmadiyah yang dirusak hanyalah satu contoh.

Ada agama yang main kuasa dan kekerasan. Berlindung dalam hukum agama, lalu mencari korban. Begitulah kurang lebih adegan dalam Lukas 6: 6-11. Ahli Taurat dan orang Farisi mengamat-amati apa yang akan dilakukan Sang Guru Kehidupan di sinagoga pada hari Sabat terhadap orang mati tangan kanannya. Mereka mencari alasan untuk menyerang Dia bila melanggar hukum Sabat. Ternyata, Sang Guru menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya itu. Mengapa?
Bukan demi melawan pemuka agama yang suka menyalahgunakan agama, Sang Guru menunjukkan tiga hal penting. Pertama, sinagoga sebagai rumah ibadah semestinya digunakan untuk menyembah dan memuliakan Allah. Menyembuhkan orang sakit itu bentuk konkret penyembahan kepada Allah. Kedua, bagi-Nya orang sakit dan lemah bukan objek bulian, tetapi pusat kasih dan perhatian. Mereka yang berkebutuhan khusus, bodoh, lemah dan minoritas memanggil orang normal, sehat, kuat dan pandai untuk berbuat baik dan menolong. Bukan sebaliknya. Ketiga, Sang Guru Kehidupan datang menyelamatkan; bukan membinasakan. Memulihkan dan bukan menghancurkan.

Sebagai utusan Allah Sang Guru Kehidupan menunjukkan kasih dan kepedulian terhadap yang kecil dan lemah. Semua orang yang mengaku diri sebagai kaum percaya kepada Allah yang penuh belas kasih dipanggil untuk melakukan yang sama.
Dalam Allah yang berbelaskasih itu orang mendapatkan perlindungan. Maka orang berseru,"Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang." Dalam diri orang kecil dan lemah yang penuh iman Allah menunjukkan kekuatan sejati (Mzm 8: 2).

Senin, 6 September 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.