1 min dibaca
07 Oct
07Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Seorang ibu sejati senantiasa bersama anak-anaknya. Saat mereka berduka dan menderita, ibu membawanya dalam doanya. Manakala mereka sedang berjuang, ibu menyemangatinya.

Bunda Maria termasuk salah satunya. Bukankah dia menyertai puteranya sejak dari kandungan hingga wafat-Nya? Putera itulah yang waktu di kayu salib menyerahkan dia menjadi ibu bagi murid-Nya. Sejak saat itu murid itu menerima dia dalam rumahnya (Yoh 19:27).

Karena itu, ketika para murid itu berkumpul dan berdoa, Bunda Maria bersama dengan mereka (Kis 1:14). Dia menjadi ibu bagi murid-murid puteranya.

Sang Bunda menghendaki agar putera-puterinya berkanjang bersamanya dalam doa. Antara lain dalam doa rosario. Di sana mereka bermeditasi untuk merenungkan misteri penebusan atas umat manusia yang terjadi dalam diri puteranya.

Gereja mengajarkan bahwa melalui Maria orang bisa sampai kepada Yesus. Per Mariam ad Iesum. "Semoga dengan perantaraan Bunda Maria kami dibawa kepada kemuliaan kebangkitan-Nya," demikian Gereja berdoa.

Doa rosario itu jauh lebih dalam maknanya daripada devosi. Di sana orang mendapat kesempatan untuk mendekat dan mengenal pribadi Sang Penebus.

Doa ini tampaknya sederhana. Tetapi sering tidak mudah mendoakannya. Bukankah sementara mendoakannya pikiran bisa mengembara ke mana-mana? Kosong, tidak merasakan apa-apa.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus mengalaminya. Dia menulis, "Lama saya merasakan kesepian dalam devosi ini ...Saya pikir Sang Bunda pasti melihat niat baik saya dan puas dengan itu, karena dia adalah Ibu" (Kisah Sebuah Jiwa). Jadi, apapun yang dialami dalam mendoakan rosario, sang Bunda hadir di sana; menyertai putera-puterinya.

Kamis, 7 Oktober 2021 | Peringatan Bunda Maria Ratu Rosario | RP Albertus Herwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.