1 min dibaca
28 Feb
28Feb
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dibandingkan dengan makhluk ciptaan lain manusia dikaruniai anugerah istimewa. Namanya kebebasan. Itulah ciri khasnya manusia.

Dengan menggunakan kebebasan itu manusia menentukan nasibnya. Apakah kebebasannya sungguh membuatnya merdeka atau sebaliknya terkunci oleh keputusan bebasnya.

Anak muda yang datang kepada Sang Guru Kehidupan memiliki cita-cita yang tinggi; ingin memperoleh hidup sejati atau hidup kekal (Mrk 10: 17-27). Itulah tujuan akhir dari kebebasan yang sesungguhnya.

Namun ketika diminta untuk menjual segala harta milik dan memberikannya kepada orang miskin demi dapat mengikuti Sang Guru, dia pergi dengan hati kecewa (Mrk 10: 22). Mengapa? Karena dia terikat pada hartanya yang banyak.

Dia ingin memperoleh kebebasan sejati, tetapi tidak rela melepaskan diri dari harta milik. Itulah keputusan bebasnya.

Dia menggunakan kebebasannya untuk membelenggu diri sendiri. Itulah ironi makhluk yang disebut manusia. Diberi kebebasan, tetapi menggunakannya untuk membelenggu dirinya.

Sang Guru bersabda, "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Mrk 10: 24-25).

Apakah itu berarti bahwa kekayaan itu buruk? Sama sekali tidak. Dia hanya menegaskan bahwa harta bisa merampas kebebasan seseorang. Tanpa kebebasan sejati orang tidak mencapai tujuan hidupnya, yakni hidup abadi.

Harta itu fasilitas yang diperlukan dalam hidup manusia yang bebas. Namun bisa juga menjadi ikatan yang menghancurkan kebebasannya.

"It is difficult to free fools from the chains they revere." Voltaire *)

Senin, 28 Februari 2022 RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.
*)Sulit melepaskan orang bodoh dari belenggu-belenggu yang mereka kagumi.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.