1 min dibaca
26 Oct
26Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Aristoteles memperkenalkan konsep "potentia" dan "actus" yang relevan hingga kini. "Potentia" itu semacam benih, daya atau kekuatan yang akan terwujud dalam "actus". Buah kelapa yang tua mengandung "potentia" menjadi pohon kelapa ("actus"); bukan pohon jambu.

Potensi manusia memungkinkannya menjadi manusiawi ("actus"). Itu terjadi lewat lingkungan dan pendidikan yang benar dan baik. Anak-anak berbakat, misalnya. Tatkala mendapatkan pendidikan, pengembangan dan pelatihan yang berkualitas, mereka menjadi manusia mengagumkan luar biasa.

Demikian pula potensi Kerajaan Allah yang sudah hadir (ditanam) dalam dunia ini. Itu menunjuk pada kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan. Bukan soal lokasi atau tahta, tetapi relasi Tuhan dengan manusia; manusia dengan sesamanya. Tersembunyi, tapi mengandung potensi ilahi.

Itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya (Luk 13: 13). Yang semula kecil dan tersembunyi menjadi besar.

Sebagaimana benih akan tumbuh menjadi pohon yang menghasilkan lewat proses dan kerja sama manusia, demikian pula Kerajaan Allah. Tumbuh di tengah kehidupan umat manusia.

Mereka yang mengembangkan potensi diri secara baik, benar, tepat dan bijaksana akan menjadi manusiawi luar biasa. Apalagi mereka yang hidupnya menjadi medan dan wahana Tuhan mewujudkan kerajaan-Nya. Tentu hidupnya jauh lebih bermanfaat bagi banyak orang. Seperti biji sesawi yang menjadi pohon besar; tempat burung-burung di udara bersarang (Luk 13: 19). Papan bernaung yang memberi damai-sejahtera.

Selasa, 26 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.