1 min dibaca
30 Jun
30Jun
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dunia dan kehidupan manusia kaya dengan pelbagai perbedaaan. Kemajemukan itu niscaya. Usaha menyeragamkan bukan hanya berbahaya, tetapi destruktif dan sia-sia. Takkan berhasil. Penyeragaman itu proses pemiskinan yang membelenggu kebebasan dan menumpas kreativitas.

Baca juga: Karmel Flores Indonesia Timur - Suara Keheningan 

Pepatah bilang, "Seribu kepala, seribu pendapat." Ungkapan ini pengingat yang amat bermanfaat. Mengajak orang untuk memperkaya kehidupan dan memperindah panorama. Mengkritik dan berbeda pendapat secara bertanggungjawab menciptakan hidup yang lebih bermutu. Kebenaran itu ditemukan dalam perbedaan gagasan. John Stuart Mill menulis, "Truth emerges from the clash of adverse ideas." (Kebenaran muncul dari benturan ide-ide yang saling berlawanan).

Boleh saja dua tokoh berbeda atau berselisih paham. Itu hanya tanda bedanya sudut pandang. Jadi, mereka tidak perlu saling menyingkirkan; apalagi menghancurkan. Sebaliknya, mesti saling melengkapi. Bila itu yang terjadi, banyak orang dapat memetik manfaatnya.

Gereja pernah memiliki tokoh demikian. Namanya, Petrus dan Paulus. Mereka itu pilar Gereja yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda. Mereka berselisih paham dalam Konsili Yerusalem. Hasilnya, sinergi yang bermutu tinggi. Petrus berkarya di Yerusalem di kalangan bangsa Yahudi. Paulus berkeliling di antara bangsa-bangsa non-Yahudi. Mereka saling melengkapi.

Dalam menyambut pemilihan umum presiden 2024, kita menyaksikan para calon yang mau menjadi presiden. Mereka menampilkan pribadi dan rekam jejak yang berbeda. Sebagai warga negara, mereka berhak menjadi calon presiden. Jadi atau tidaknya kelak, tergantung rakyat yang memilihnya.

Munculnya banyak calon bukan alasan untuk menciptakan polarisasi. Itu mesti dijadikan ajang untuk mematangkan demokrasi. Di sana, orang dituntut memasang telinga untuk mendengar dan hati untuk memahami.

Keputusan dan hasil finalnya masih nanti. Politik sering diwarnai dengan dinamika yang tidak pasti. Ketidakpastian itu jangan sampai merusak kesatuan dan persatuan agar kita tidak membuang energi.

Pelbagai perbedaan bukan alasan untuk bermusuhan. Jika para pemimpin meneladan Petrus dan Paulus, niscaya perjalanan menuju Indonesia maju, jaya, dan sejahtera akan dicapai lewat jalan mulus. Bukankah begitu?

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Kamis 29 Juni, 2023AlherwantaRenalam 179/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.