Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Waktu memandang laut lewat jendela kamar, sering aku melihat burung elang yang terbang melayang. Sambil terbang di atas permukaan air dia melihat ke bawah; menoleh ke kanan dan kiri.
Jika melihat ikan yang berenang di dekat permukaan air, elang itu akan menukik, menyambarnya dengan jari kakinya yang berkuku tajam.
Burung elang itu memang istimewa. Dari kejauhan bisa melihat objek kecil yang menjadi mangsanya. Bila tiba saat tepat, dengan secepat kilat dia terbang untuk menjemputnya.
Di samping itu, di tengah badai yang bertiup burung elang masih terbang. Ketika badai bertiup di wilayah Hong Kong beberapa hari yang lalu, semua burung yang biasanya ramai beterbangan mendadak lenyap. Hanya burung elang yang masih melangit.
Karena itu, burung elang dijadikan simbol semangat pantang menyerah, perlindungan, kecepatan, dan kekuasaan di udara. Bangsa Indonesia menggunakan burung garuda (elang) sebagai lambang atau simbol negara.
Burung yang diyakini sebagai kendaraan Dewa Wisnu itu mempunyai beberapa keistimewaan. Dia berdarah panas, mampu terbang hingga ribuan meter, jantungnya mempunyai empat bilik seperti jantung manusia, dan bisa membawa beban yang jauh lebih berat daripada berat badannya sendiri.
Sebelum Indonesia menggunakannya sebagai lambang negara, beberapa kerajaan Hindu telah memakai burung itu sebagai simbol negara. Adalah Sultan Hamid II yang menjadi koordinator Panitia Lambang Negara. Muhammad Yamin sebagai ketua. Sedang Ki Hajar Dewantara, M.A. Pellupessy, Mohammad Natsir, dan R.M.Ng. Purbatjaraka menjadi anggotanya.
Salah satu alasan burung Garuda dijadikan lambang negara adalah mitologi Garuda menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Indonesia yang sedang dijajah juga perlu dibebaskan.
Penjajahan itu belum selesai. Bukan hanya belum seluruh rakyatnya makmur, tetapi kini ada ancaman baru bagi tegaknya NKRI. Bangsa Indonesia tidak cukup hanya menyanyikan lagu Garuda Pancasila, tetapi mesti benar-benar mewujudkan maknanya.
Sudahkah kita mendukung Garuda Pancasila, menjadi patriot proklamasi yang sedia berkorban untuknya? Sadarlah banyak musuh menunggu di depan pintu!
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Selasa 8 November 2022, Alherwanta- Renalam ke-215