1 min dibaca
05 Dec
05Dec
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Betapa berbahagia menjadi orang Indonesia. Mengapa? Karena Indonesia itu negara yang kaya dengan keragaman. Wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke; dari pulau Miangas sampai pulau Rote.

Dalam banyak kesempatan, baik dalam forum nasional maupun internasional, Presiden Jokowi menyampaikan tentang betapa besar dan beragam negeri di katulistiwa itu. Indonesia mempunyai lebih dari 1.300 suku dan 718 bahasa daerah. Luar biasa beragam.

Wilayah Indonesia terdiri dari daratan dan lautan. Itu menghasilkan sumber daya alam yang amat beragam. Ada pebagai macam gunung. Ada yang berapi dan tidak berapi. Indonesia memiliki beragam tambang seperti emas, tembaga, nikel, bauksit, timah, dan lain-lain.

Keragaman itu menjadi salah satu kekuatan Indonesia, baik secara sosial maupun ekonomi. Jumlah suku menjadi modal sosial budaya. Orang tidak pernah bosan menyaksikan pelbagai tarian daerah-daerah di Indonesia. Jika diadakan festival tari daerah, mungkin sebulan tidak selesai.

Hasil pertanian, laut, dan tambang yang kaya dan beragam membuat Indonesia tidak bergantung pada satu sumber daya alam saja. Jika minyaknya habis atau tidak laku, bangsa Indonesia masih bisa menjual hasil tambang lain atau hasil pertanian.

Tebu dan tembakau di Indonesia ada berjenis-jenis; tergantung wilayahnya. Sebagian malah tidak bisa ditanam di negara lain. Betapa kaya dan kuatnya Indonesia. Tetapi, mengapa sebagian rakyatnya masih miskin?

Faktor utamanya, antara lain lalai. Pertama, lalai bekerja untuk mengolah. Berpuluh-puluh tahun merdeka hanya mengandalkan ekspor bahan mentah. Inilah yang dilawan oleh Presiden Jokowi dengan segala risiko. Juga bila harus berhadapan dengan World Trade Organization (WTO) sekali pun.

Kedua, lalai mengolah modal sosial. Misalnya, keragaman budaya, suku, etnis, dan agama. Berpuluh-puluh tahun membiarkan kelompok yang suka mengadu keragaman itu bercokol di Indonesia. Akibatnya, sulit sekali maju dan berkembang. Hidup dalam suasana dan relasi yang selalu tegang. Pusing mengurus yang tidak penting.

Kini, masihkah kita mau membiarkan keragaman Indonesia sebagai sumber konflik dan alasan untuk berkelahi satu sama lain? Mengapa tidak jadi alasan bersyukur?
Salam dan Tuhan menberkati.

SOHK, Minggu 4 Desember 2022AlherwantaRenalam ke-241

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.