1 min dibaca
17 Nov
17Nov
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Bukan hanya dunia bisnis properti yang akrab dengan kapling. Agama pun menciptakan kapling. Wilayah tertentu dikenal sebagai kaplingnya agama A; dan wilayah lain kaplingnya agama B. Mereka eksklusif. Lebih ekstrem lagi, ada kampung dan kos-kosan hanya untuk penganut agama tertentu. Eksklusif.

Kapling seperti itu semu, sesat, dan menipu. Apa warga kampung satu agama bisa hidup hanya dari tetangga sekampungnya? Bukankah mereka bekerja di luar kampung, membawa pulang makanan-minuman dan barang kebutuhan yang dibuat orang lain di luar kampungnya yang belum tentu satu agama?

Pengkaplingan semacam itu lebih mengkhawatirkan tatkala dikombinasi dengan kepentingan politik. Bukankah politik dalam arti sempit memang mengarah ke pengelompokan anggota masyarakat? Lihatlah partai-partai! Gara-gara partai orang serumah bisa terpecah.

Politik identitas yang dikhawatirkan bakal mewarnai pemilu 2024 itu contoh konkret bentuk kristalisasi kapling agama dan politik. Sudah terbukti itu memecah belah warga dan menghasilkan terpilihnya tokoh publik yang tidak kompeten. Kapling-kapling itu memang tidak rasional; tidak benar. Yang tidak benar mustahil menghasilkan kebenaran.

Kini ada pula kapling teknologi. Generasi muda dianggap lebih menguasai teknologi digital. Sedang generasi tua umumnya gaptek. Sebagian generasi milenial terjebak dalam pendapat bahwa generasi tua yang gaptek kini tidak perlu lagi banyak tampil.

Dalam satu program televisi swasta, ada anak muda yang berpendapat bahwa generasi tua yang gaptek itu lebih baik "out" dari arena, karena lebih dari 50 persen penduduk Indonesia adalah orang muda. Biarlah yang mengatur kaum mayoritas. Bukankah orang yang sudah tua tidak memahami zaman "now?"

Pendapat itu mengingkari sejarah. Bukankah semua yang dinikmati saat ini adalah hasil karya generasi sebelumnya? Yakinkah orang muda bahwa hanya dengan menguasai teknologi canggih mereka bisa memimpin dan menghadapi tantangan? 

Bukankah banyak generasi hasil teknologi digital dan virtual yang pribadinya mudah patah, karena bermental dangkal? Dunia yang amat luas kini bergerak mengglobal, inklusif, dan mengandalkan "networking" meninggalkan kaum eksklusif bermental kapling.

Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Rabu 16 November 2022AlherwantaRenalam ke-223

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.