1 min dibaca
20 Dec
20Dec

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kasih itu demikian penting bagi hidup ini. Mungkinkah orang dapat bahagia dan menikmati hidup ini tatkala kasih diambil dari tengah-tengahnya?

Mahatma Gandhi menulis, "Where there is love there is life" (Di mana ada kasih, di sana ada kehidupan).
"Ubi caritas et amor, Deus ibi est," begitu kita sering menyanyi. Di mana ada kasih, di sana Tuhan hadir. Bukankah tanpa Tuhan tidak mungkin ada kehidupan?

Ketika kehilangan kasih, orang sekaligus kehilangan Tuhan. Itu sangat menyakitkan. Sebaliknya, tatkala orang mengalami kasih, kebahagiaannya tidak dapat dilukiskan. Itulah yang disampaikan Kidung Agung 2: 8-14.

Kitab itu telah menginspirasi kehidupan banyak orang. Salah satunya adalah Santo Yohanes dari Salib. Dia menulis Madah Rohani yang menegaskan pengalaman rohaninya akan Allah, Sang Kasih.

Santa Perawan Maria juga mengalami kasih yang berlimpah ruah, karena terberkati (full of grace). Artinya, dipenuhi oleh kasih Allah.

Begitu berlimpahnya kasih itu, sehingga dia tidak tahan untuk menyimpannya bagi diri sendiri. Karena itu, dia mengunjungi Elizabeth dan berbagi kasih.

Apa yang Elizabeth alami? Dia pun dipenuhi kasih itu, sehingga dia bersorak kegirangan. Kasih sejati selalu menularkan dan melipatgandakan kasih.

Apakah kita telah mengalami kasih Allah? Sudahkah kita berbagi kasih itu kepada sesama? Mungkin ada yang merasa belum dikasihi. Ada pula yang merasa belum selesai dalam berbagi kasih.

Henry Miller, penulis dari Amerika berkata, "The only thing we never get enough of is love; and the only thing we never give enough of is love" (Hal yang tidak pernah cukup kita miliki adalah kasih; dan satu hal yang tidak pernah cukup kita berikan adalah kasih).

Memang, kasih itu tidak berbatas. Karena itu, teruslah mencari, mengalami dan berbagi kasih hingga nanti mengalaminya secara sempurna dalam kasih abadi di surga.

Selasa, 21 Desember 2020RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.