1 min dibaca
05 Oct
05Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Tatkala mampir di rumah sahabat-Nya, Sang Guru Kehidupan disambut oleh Marta dan Maria, dua saudari Lazarus. Sementara Marta sibuk melayani dengan melakukan banyak hal, Maria hanya duduk di dekat kaki Sang Guru; mendengarkan.

Marta pun meminta Sang Guru untuk menegur saudarinya yang tak membantunya. Namun Sang Guru menjawab, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya" (Luk 10: 41-42).

Marta membebani diri dengan banyak pekerjaan. Artinya apa? Apakah bekerja kurang berarti dibandingkan dengan mendengarkan Tuhan atau berdoa? Jika jawabannya iya, hal itu tidak sesuai dengan yang dilakukan Sang Guru. Bukankah Dia juga bekerja sepanjang hari: mengajar, memberi makan, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan membangkitkan orang mati? Bukankah Dia begitu sibuk bersama para murid-Nya yang tidak sempat beristirahat dan makan (Mrk 6:31)?

Memang, Dia bekerja seperti Bapa-Nya (Yoh 5: 17). Namun pekerjaan-Nya itu tidak membebani-Nya. Lagi pula, di tengah kesibukan itu Dia tetap punya waktu untuk berdoa dan mendengarkan kehendak Bapa-Nya (Mat 14: 22-23). Karena itu, karya-Nya membuahkan kebahagiaan dan keselamatan.

Bekerja itu mulia. Tak perlu dipertentangkan dengan berdoa. Keduanya saling melengkapi. "Ora et labora," kata Santo Benediktus. Berdoa dan bekerja.

Berdoa tidak membebaskan manusia dari tanggung jawabnya bekerja. Sebaliknya, bekerja tidak boleh membuat manusia lupa berdoa.

Berdoa itu sungguh bermanfaat. Di sana orang mendengarkan kehendak Tuhan yang mengarahkan hidup ini. Juga mengarahkan pekerjaan. Tidak heran, orang-orang yang sukses dalam pekerjaan yang bermakna sekaligus juga para pendoa. Pekerjaannya memberi kontribusi positif dan jadi anugerah yang terus disyukuri.

Selasa, 5 Oktober 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.