1 min dibaca
19 Sep
19Sep
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kapan pertama kali dan terakhir kali aku merasa kagum? Rasa itu menghubungkan seseorang dengan realitas yang serba jauh lebih (jauh lebih besar, jauh lebih berkuasa, jauh lebih indah) dari pada dirinya.

Anak-anak biasanya mempunyai rasa kagum yang tinggi. Hidup mereka menyenangkan, karena selalu melihat yang baru. Sayang sekali, seiring berjalannya waktu rasa kagum itu seperti sirna dari orang-orang dewasa.

Rasa kagum kerap menjadi pintu masuk ke dalam pengalaman iman. Rasa kagum mengandaikan jiwa yang peka dan hati terbuka. Yang peka akan kehadiran Allah dalam ciptaan-Nya dan pelbagai peristiwa serta menyambutnya dengan sikap rendah hati mengalami keagungan ilahi.

Semua pendiri agama yang benar mendasari ajarannya dengan pengalaman tersebut. Rasa kagum akan keagungan Allah begitu memukau dan menguasai mereka hingga seluruh realitas tenggelam dalam kebaikan-Nya.

Mata dan jiwa mereka pun memandang kenyataan hidup dalam kerangka pengalaman itu. Semua serba amat indah. Karena itu, GURU AGAMA yang sejati selalu menebarkan aura positif dan menenangkan hati. Rukun dan damai.

Keagungan Allah itu terealisasi secara sempurna dalam diri Sang Guru Kebenaran. Dalam Dia dan untuk Dia serta akan mencapai kesempurnaan dalam Dia pula. Namun tatkala Dia datang ke dunia hanya sedikit yang percaya kepada-Nya.

Sepertinya, rasa kagum telah hilang dari kehidupan banyak orang sehingga gagal melihat dan mengalami Allah dalam segala keagungan-Nya. Kini, rasa curiga dan tidak percaya sering lebih menguasai.

Hanya mereka yang terbuka, rendah hati dan percaya akan mengalami kehadiran Allah dan semua karya-Nya yang mengagumkan. Apakah aku masih bisa dan mau melihat hidup ini dengan rasa kagum?

Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Senin 19 September 2022

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.