1 min dibaca
30 Oct
30Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dalam dunia politik, merebut kursi orang lakukan. Tujuannya, memperoleh posisi kehormatan dengan semua atributnya (kekuasaan, fasilitas, status sosial, dan lain-lain). Saling mendahului dan menyingkirkan lawan sudah lumrah. Bahkan menusuk kawan seiring pun kalau perlu dilakukan.

Bagaimana dengan ajaran Sang Guru Kehidupan ini? "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah" (Luk 14: 8-9).

Dia mengajarkan agar orang tidak mencari hormat dan kedudukan untuk diri sendiri. Biarlah orang lain yang memberikannya. "Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain" (Luk 14: 10).

Bukankah inti alinea II dan III sama, yakni mencari tempat atau kedudukan terhormat? Sekilas demikian tatkala hanya dilihat dari sisi tempat yang akhirnya diduduki. Tetapi pesannya bukan itu.

Perhatikan sabda berikut ini. "Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Luk 14: 11). Di sinilah pelajarannya.

Kedudukan dan status sosial bukan hal yang buruk. Di sana terkandung tugas, tanggung jawab dan kontribusi yang bermanfaat untuk banyak orang. Meraihnya boleh. Masalah timbul tatkala cara yang digunakan untuk memperolehnya seperti disebut pada alinea I.

Langkah itu biasanya diwarnai dengan ambisi negatif; mengutamakan diri sendiri. Kadang diperparah dengan sikap sombong. Bahkan menyingkirkan sesamanya. Walhasil, kedudukan tidak mengangkatnya ke martabat yang lebih tinggi, tetapi mencampakkannya ke posisi yang hina.

Sabda itu mengajar orang untuk bersikap rendah hati. Juga dalam memperoleh kedudukan dalam masyarakat. Jadi, itu tentang cara; bukan soal posisi.

Sabtu, 30 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O.Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.