1 min dibaca
11 Oct
11Oct

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Sebagian orangtua mendisiplin anaknya dengan kekerasan supaya bertobat. Ada pula agama yang membuat penganutnya taat dengan memakai ancaman. Yang tidak mau mengikutinya akan masuk neraka, misalnya. Cara itu sering gagal.

Banyak langkah lain yang lebih efektif untuk memperbaiki perilaku. Salah satunya adalah kasih yang besar. Disiplin diterapkan dengan penuh kasih. Itulah yang Tuhan lakukan dalam membuat manusia bertobat.

Memang Tuhan juga menjatuhkan hukuman keras kepada mereka yang tegar tengkuk dan keras hati; sulit diperbaiki. Itu semua diambil dalam semangat kasih. Demi kebaikan dan keselamatan manusia.

Setelah proses yang panjang, akhirnya Tuhan menunjukkan kasih terbesar-Nya kepada umat manusia. Tanda kasih yang memanggil kepada pertobatan itu nyata dalam diri Sang Guru Kehidupan.

Karena itu, tatkala para pendengar-Nya meminta suatu tanda, Dia bersabda, "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini" (Luk 11: 29-30).

Selain tanda kasih terbesar itu, tidak ada lagi yang Tuhan berikan. Karena itu, menolak-Nya berarti menolak kasih Tuhan.

Jadi, alat untuk pertobatan terbaik bukan ancaman yang menakut-nakuti, tetapi kasih yang besar. Kata pemazmur, "Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang" (Mzm 130:3-4).
Orang takut kepada Tuhan karena kasih. "Ajrih asih," kata orang Jawa.

Senin, 11 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.