1 min dibaca
14 Mar
14Mar
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Apa yang masuk dalam benak seseorang mendengar kata guling? Jawabannya, bermacam-macam. Yang jelas, jawabannya bisa positif, bisa negatif.

Sebagian orang tidak bisa tidur nyenyak tanpa memeluk guling, misalnya. Guling bisa juga dikaitkan dengan makanan.

Salah satu kuliner yang disukai orang waktu pergi ke Bali adalah babi guling. Waktu kecil, aku sering pergi ke pasar dekat rumah untuk membeli tahu guling atau tahu kupat yang kuahnya manis karena gula kelapa atau kecap.

Ketika keinginannya tidak dipenuhi ada anak-anak yang mengungkapkan rasa kesalnya dengan protes dan marah. Caranya antara lain dengan menangis dan berguling-guling di lantai. Cari perhatian.

Ada hal negatif yang muncul ketika guling dikaitkan dengan perkara politik dan kekuasaan. Dari abad ke abad, sejarah kerajaan dan kekaisaran diwarnai dengan perebutan kekuasaan. Subversi.

Para lawan politik, entah dari pihak internal entah eksternal menggulingkan penguasa yang sedang berada di tampuk pemerintahan. Itu terus berulang terjadi bak cerita berseri.
Guling menggulingkan rupanya menjadi bagian dari strategi politik yang kadang diwarnai dengan sejarah gelap. Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun diawali dengan penggulingan presiden Soekarno.

Guling ternyata bisa dikaitkan dengan makanan, tidur, keinginan, dan politik. Ada yang kaitannya ringan dan sederhana. Ada pula yang menyangkut hal serius seperti politik dan kekuasaan.

Salam dan Tuhan berkati.
DPBL, Senin 13 Maret 2023Alherwanta Renalam 072/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.