1 min dibaca
17 Sep
17Sep
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kapitalisme dan liberalisme telah menguasai dunia dengan menciptakan budaya baru bernama persaingan. Kompetisi dianggap sebagai alat terbaik untuk menyalurkan hasrat bebas manusia mencapai hasil paling efektif, maksimal, dan menguntungkan.

Persaingan sebenarnya merupakan hal alamiah dalam hidup ini. Namun, ketika hal itu digunakan semata-mata untuk mengejar laba finansial dan material bagi kepentingan kelompok terbatas, di banyak tempat membawa banyak sial dan menyebabkan kondisi masyarakat memanas. Misalnya, gejolak sosial.

Biasanya, itu terjadi karena ketidakadilan. Sebagian pemodal besar memperoleh untung segede gunung, sedang sisanya dirundung buntung. Kelompok ini harus minggir dan tersingkir, karena dianggap menghambat laju pengembangan modal.

Syukurlah, di tengah persaingan keras itu, watak dasar manusia - kerja sama - tidak sirna. Malah, ada partai besar yang teguh dan konsisten berpegang pada prinsip gotong-royong. Mereka mengajak semua orang mengembangkan diri semaksimal mungkin demi mendukung satu sama lain.

Ideologi ini, dalam jangka panjang, lebih bertahan ("sustainable") dan memberikan harapan dibanding budaya kompetisi dan privatisasi yang cenderung membuat pihak lain mati. Mengapa? Karena melibatkan setiap pihak dalam pengembangan masyarakat.

Potensi, baik dalam pribadi maupun dalam bentuk sumber daya alam bersama-sama digali, dikembangkan, dan digunakan. Setiap orang berkontribusi dalam menciptakan kesejahteraan bersama.

Hasilnya, jurang antara yang kaya dan yang miskin makin sempit. Pelbagai sumber daya dikembangkan dan disebarkan secara merata. Kecemburuan sosial bisa dihindari dan relasi masyarakat diwarnai harmoni.

Mattie Stepanek, penyair Amerika menulis, "Unity is strength... when there is teamwork and collaboration, wonderful things can be achieved" (Persatuan adalah kekuatan ... di mana ada kerja tim dan kolaborasi, hal-hal luar biasa dapat dicapai).

Salam dan Tuhan berkati.
Sabtu, 16 September 2023 Alherwanta-Renalam 253/23

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.