1 min dibaca
05 Jul
05Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Dalam pelarian dari rumah untuk menyelamatkan diri, Yakub sampai ke suatu tempat yang kemudian dinamainya Betel. Di tempat itu Yakub tidur dan bermimpi. Apa mimpinya?

Pertama, di bumi ini ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik tangga itu (Kej 28: 12). Kedua, Allah bersabda kepadanya bahwa Dialah Allah Abraham dan Allah Isak serta keturunan Yakub akan sangat banyak (Kej 28: 13-14). Ketiga, Allah akan senantiasa menyertai dan melindunginya (Kej 28: 15).

Yakub pun mendirikan tugu yang menjadi rumah Allah dan berjanji mempersembahkan sepersepuluh dari yang Tuhan berikan kepadanya sebagai persembahan (Kej 28: 22). Barangkali ini salah satu dasar dari tradisi persepuluhan dalam gereja.

Kisah ini mengandung beberapa pesan. Pertama, mimpi menunjukkan pengalaman bahwa manusia tidak bisa menjangkau Tuhan semata-mata dengan pikiran. Karena itu, Allah sering menyatakan kehendak-Nya dalam mimpi. Kedua, dunia dan surga itu terhubung dan ada malaikat yang membawa manusia ke sana. Hanya dengan bantuan utusan Tuhan manusia bisa mencapai surga.

Yang paling menarik adalah kata-kata Yakub. "Sesungguhnya, TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya" (Kej 28: 16). "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga" (Kej 28: 17).

Kedua pernyataan itu menunjukkan bahwa Tuhan memang hadir di mana-mana. Mereka yang menyadarinya melihat kedahsyatan-Nya di sana. Pengalaman akan Allah di mana pun menjadi semacam pintu gerbang surga.
Sesungguhnya, di Betel itu Yakub mendapat pengalaman akan Tuhan. Tempat yang biasa menjadi luar biasa, karena orang mengalami Tuhan di sana. Bandingkan pengalaman Musa yang melihat semak belukar yang menyala, tetapi tidak terbakar.

Sejauh mana orang menyadari bahwa tempat dia berada adalah tempat kudus Allah? Apakah orang membuka dirinya sehingga dia dapat melihat atau mengalami kehadiran Allah di sana? Orang biasa memisahkan tempat ibadah dari lokasi di luarnya. Seakan keduanya terpisah, karena yang satu suci dan yang lain tidak. Semua lokasi adalah tempat tinggal Allah di mana orang bisa berjumpa dengan Allah; semacam pintu gerbang surga.

Senin, 5 Juli 2021| RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.