Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Lewat pelbagai cara orang yang percaya kepada Allah menunjukkan imannya. Bisa lewat perbuatan yang menegaskan bahwa dia beriman. Misalnya, mengandalkan Allah dalam hidupnya. Bisa pula lewat doa-doa. Iman terutama tampak dalam sikap dan doa berserah sepenuhnya hanya kepada Allah.
Orang yang sungguh beriman hanya memohon kepada Allah, karena memang Dialah yang sungguh dapat mengabulkan doa manusia tanpa syarat. Dia memberikan yang manusia butuhkan dalam dan demi cinta-Nya (Yoh 16: 27).
Berdoa bagi orang beriman sering menjadi tantangan, lebih-lebih doa permohonan. Berkat doa ini banyak menjadi lebih beriman. Namun tidak sedikit pula yang makin kurang percaya. Mengapa demikian?
Mereka yang berdoa dengan penuh iman sadar bahwa Allah mengabulkan doa yang sesuai dengan kebutuhannya.
Allah mengerti benar apa yang sedang manusia butuhkan. Bahkan sebelum manusia memohonnya (Mat 6: 8). Dia memberikannya tanpa menunda-nunda. Sementara orang yang kurang beriman meminta kepada Allah apa yang diinginkan. Karena keinginan manusia tidak terbatas, doanya berisi macam-macam permintaan yang sesungguhnya tidak dibutuhkannya.
Manusia kadang gagal membedakan yang dibutuhkan dari yang diinginkan. Doa yang benar lahir dari kebutuhan; bukan dari keinginan. Allah memberikan yang baik kepada mereka yang memintanya (Mat 7: 11); bukan yang menyenangkan.
Di sinilah tantangannya, yakni bagaimana meminta yang baik sesuai dengan kebutuhan dan bukan yang menurut keinginan. Untuk membedakan kedua hal itu, manusia memerlukan rahmat dan bantuan Allah juga. "Demikianlah juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Rm 8: 26).
Doa yang benar itu tidak datang dari keinginan manusia, tetapi dari kebutuhannya. Untuk dapat mengetahui kebutuhan secara tepat manusia memerlukan rahmat.
Sabtu, 15 Mei 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.