1 min dibaca
12 Jul
12Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Kisah anak-anak Yakub berlanjut; memasuki babak baru. Dari Kitab Kejadian ke Kitab Keluaran. Yakub dan Yusup sudah lama wafat. Jumlah anak dan cucu keturunannya  terus meningkat. Perjalanan sejarah yang lama membuat jasa Yusup di tanah Mesir tidak lagi diingat.

Raja baru yang memerintah tidak mengenal sejarah. Yang dia ketahui, jumlah kaum Israel makin banyak dan membuatnya khawatir jika mereka memberontak melawan Mesir dan meninggalkan negeri itu. Maka dia menindas orang-orang Israel dengan kerja paksa.

Mengherankan, bahwa makin ditindas mereka justru makin bertambah. Membuat orang Mesir makin takut dan khawatir. Maka diperintahkan supaya setiap bayi lelaki yang lahir dari orang Ibrani dilemparkan ke sungai Nil. Hanya bayi perempuan yang dibiarkan hidup.

Apakah dengan itu kisah bani Israel berakhir? Sama sekali tidak. Penindasan itu tidak membuat mereka menyerah. Rahasianya terletak dalam iman mereka akan Allah. "Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi" (Mzm 124: 8).

Bagi sebagian orang penderitaan bisa melemahkan; tidak jarang berujung pada putus asa dan kematian. Namun bagi orang beriman penderitaan itu mengandung daya tahan, karena disemangati dengan iman akan Tuhan.

Menggunakan kekuatan manusia untuk bertahan hidup memang penting. Tetapi mengandalkan Tuhan menyempurnakan langkah itu. Karena itu, Sang Guru Kehidupan bersabda, "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Mat 10: 39).

Dalam menghadapi penderitaan hidup, siapakah yang aku andalkan? Kekuatan manusia belaka atau bergantung pada yang Mahakuasa? Bukankah pemerintah, di samping berusaha mengatasi pandemi dengan ikhtiar, juga mengajak rakyat untuk berdoa kepada Tuhan Yang Mahaesa?

Senin, 12 Juli 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.