1 min dibaca
12 Sep
12Sep

Suara Keheningan I RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Sejak awal pernikahan Esperanza Gomez tidak direstui keluarganya. Pasalnya, ada perbedaan sangat besar antara dirinya dan Pedro Fernandez, mantan pacarnya.  
Esperanza itu sarjana hukum. Punya pekerjaan mapan. Sedang Pedro hanya lulusan SMA. Pekerjaan pun tidak tetap.
Belum lagi selisih umurnya lebih dari 10 tahun. Agama mereka juga berbeda. Kebiasaan masing-masing keluarganya amat berlainan.

Namun Esperanza benar-benar jatuh cinta kepada Pedro. Di dunia ini, tidak ada pria yang lebih baik daripada dia. Dekat dengannya senantiasa bahagia.
Keluarganya lebih marah lagi tatkala beberapa tahun kemudian Esperanza mengambil anak dari adiknya Pedro. Adik iparnya meninggal karena Covid-19. Suaminya menyusul seminggu kemudian. Anaknya hanya satu. Berkebutuhan khusus.
Keputusan Esperanza sudah bulat. Mengambil keponakannya dan mengasihi bagai anaknya sendiri.

Dalam hidupnya ia mencintai anak itu. Sepenuh hati. Bahkan dia harus melepaskan pekerjaan tetapnya untuk melayani anak itu.
Untuk menghidupi keluarganya dia kini membuka layanan konsultan hukum. Suaminya mendukung ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai sopir taksi online.
Setelah kedua orangtua meninggal, Esperanza dia tidak diberi warisan. 

Pasalnya, dia selama ini lebih memperhatikan orang-orang di luar keluarganya daripada saudara-saudarinya sendiri. Mereka semua memang orang sukses dan hidupnya sejahtera. Jadi, tidak banyak memerlukan perhatiannya sebagai anak sulung.

Setiap kali ada pertemuan keluarga, mereka selalu menyindir dan membuli Esperanza. "Apa yang kamu dapat dari keluarga Pedro dan ponakanmu itu? Hanya repot dan hidup menderita, bukan? Lihatlah kami yang sukses ini."

Semakin dibuli, semakin teguh hatinya dalam mencintai. Dia tidak melihat dalam saudara-saudarinya yang rajin ke gereja dan membaca Kitab Suci itu semangat dasar ajaran Sang Guru Kehidupan.
Pedoman hidupnya hanya satu, mencintai sesama. Terutama yang tidak dapat membalasnya. Di telinga dan hatinya selalu terngiang sabda Sang Guru Kehidupan, "Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka" (Luk 6: 32).

Komitmennya bulat. Tak dapat diganggu gugat. Layak keluarganya menganggap cinta Esperanza itu cinta buta.
Kamis, 9 September 2021 I RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.