1 min dibaca
13 Jul
13Jul

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Setelah anak cucu Yakub memasuki babak sejarah di Mesir,  Tuhan mempersiapkan tokoh baru bagi mereka. Dia anak lelaki dari suku Levi yang proses lahir dan tumbuhnya diwarnai pelbagai lika-liku alias teka-teki.

Sebagai bayi laki-lali seorang perempuan Ibrani, dia harus diletakkan di tempat yang tersembunyi. Karena telah berumur tiga bulan tak bisa disembunyikan lagi. Maka, ibunya meletakkannya dalam keranjang dari dahan-dahan dan menghanyutkannya di sungai Nil. Bayi itu ditemukan oleh puteri Firaun yang kemudian mengadopsi.

Sang puteri memberinya nama Musa, karena telah diambil dari air. Dia menjadi besar, dewasa dan bijaksana. Tatkala melihat seorang Mesir berlaku kasar terhadap orang Ibrani, Musa, yang menyadari diri sebagai orang Ibrani, membela saudaranya dan membunuh orang Mesir itu serta menyembunyikan mayatnya dalam pasir.

Menyembunyikan perilaku jahat memang sulit. Suatu saat ketahuan juga. Rahasianya akhirnya diketahui raja Mesir. Sang raja memburu dan hendak menghabisinya. Musa pun melarikan diri ke negeri Midian, yakni wilayah Ketura yang masih saudara Abraham, leluhurnya.

Seperti Yakub yang melarikan diri dari ancaman Esau, saudaranya, demikian pula Musa melarikan diri dari ancaman raja. Ada kalanya orang perlu menjauhi bahaya yang mengancam. Demikian pula Musa harus menghindar dari bahaya yang mengancam hidupnya.

Menjauhi ancaman bukanlah sikap pengecut, tetapi langkah bijaksana. Orang perlu berpikir rasional menghadapi bahaya; bukan malah menantang dan asal berani. Sikap bijak itulah yang diambil Musa. Apakah yang akan terjadi atas tokoh ini? Apakah hidupnya sebagai tokoh berakhir dalam lari? Mari kita lihat, apa yang bakal terjadi.

Selasa, 13 Juli 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.


Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.