1 min dibaca
02 Aug
02Aug

Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Bagi manusia sebagai makhluk sosial, berbagi itu kodrati. Tidak bisa berbagi menjadikan pribadi yang normal merasakan sakit (sosial). Berbagi itu bagai aliran air. Makin mengalir, makin bersih. Sebaliknya, air yang mampet cenderung kotor dan berbau. Jadi, berbagi itu memurnikan nurani.

Berbagi tidak perlu menunggu setelah orang berkelimpahan. Yang sedikit pun bisa dibagi dan membuahkan hasil yang dahsyat dan mengagumkan. Lima potong roti dan dua ekor ikan membuat kenyang lima ribu orang (Mat 14: 17-21). Itu terjadi karena orang terbuka terhadap kerja sama dengan Tuhan. Bagi-Nya sedikit sama dengan banyak; dan sebaliknya. Bukanlah kuantitas itu ukuran yang dibuat manusia?

Banyak yang bisa dibagikan. Tidak mesti barang atau uang. Waktu dan tenaga pun bisa dibagi. Gotong-royong yang meringkas isi dan inti Pancasila telah menjadi budaya dan tradisi berbagi. Pada saat-saat dibutuhkan orang Indonesia sangat kuat menghayatinya.

Menghadapi pandemi yang belum jelas berakhirnya, bangsa kita menunjukkan semangat berbagi. Ada yang berbagi nasi bungkus untuk yang miskin atau makanan bagi yang menjalani isoman. Pengusaha besar menyumbang jutaan dolar. Yang hartanya bejibun memberikan dalam triliun.

Sebenarnya, menaati protokol kesehatan secara ketat juga merupakan bentuk berbagi. Artinya, berbagi hidup dengan sesama dari kemungkinan tertular. Berbagi dengan pemerintah yang bebannya sangat berat dalam menyelesaikan pandemi ini.

Lima roti dan dua ekor ikan bisa menjadi mujizat yang membuat kenyang ribuan orang. Itu terjadi karena kerelaan berbagi. Sang Guru Kehidupan berbagi dengan para pendengar yang lapar (Mat 14: 14-16). Begitulah, niat berbagi itu lahir dari sikap peduli terhadap kesulitan sesama.

Yang mengaku sebagai manusia normal, entah kecil atau besar, pasti memiliki rasa sosial. Rasa itu diwujudkan dalam sikap berbagi. Benar, berbagi yang sejati tidak membuat orang merasa kehilangan, tetapi berbahagia. Bahagia berbagi.

Senin, 2 Agustus 2021 | Matius 14: 13-21 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.