1 min dibaca
Yusuf, Pria Pendiam yang Hebat
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Awal mula refleksi tentang Yusuf sebagai seorang pria pendiam yang hebat tidak terlepas dari rencana Allah bagi kelangsungan hidup keluarga Daud.

Raja Daud ingin membangun sebuah rumah, sebuah kuil, untuk tabut Allah. Allah melarangnya melalui nabi Natan. Tuhan tidak membutuhkan rumah dari batu. 

Kelangsungan hidup keluarga Daud lebih penting daripada membangun sebuah kuil. Daud menerima janji bahwa Tuhan akan membangunkan dia sebuah "rumah", yaitu memberikan keberadaan kerajaannya yang kekal. 

Janji tersebut awalnya mengacu pada Salomo, putra dan penerus Daud, tetapi sejak awal ditafsirkan dalam pengertian mesianis. Ketika waktunya terpenuhi, pewaris takhta yang sebenarnya akan lahir dari Perawan Maria, putri Daud.

Paulus membedakan dua sisi Perjanjian Lama: hukum dan janji. Janji itu mendahului hukum, dan hanya itu yang memberi manusia harapan. Karena tidak ada orang yang dapat memenuhi hukum dengan sempurna dan dengan demikian menjadi “benar” di hadapan Tuhan. 

Tetapi Firman Tuhan menjamin penggenapan dan janji. Dalam apa yang terjadi antara Tuhan dan manusia ada dua kemungkinan: 

1. Hukum - pelanggaran - murka Tuhan, dan 

2. Janji - iman - kasih karunia.

Abraham memercayai janji itu, bukan karena kemungkinannya besar, tentu saja tidak, melainkan karena ia bersandar pada kuasa dan kesetiaan Allah. 

Iman hanya ada sebagai iman kepada Allah "yang menghidupkan yang mati dan menghidupkan apa yang tidak ada" (ayat 17). Dengan iman yang demikian, Tuhan dimuliakan sebagai Tuhan.

Silsilah keluarga di awal Injil Matius tidak dimaksudkan sebagai sumbangan bagi penelitian silsilah, melainkan sebagai pernyataan teologis tentang Yesus dan tentang makna sejarah Israel. Yesus adalah Kristus, Mesias, dan kisahnyalah yang benar-benar mengharukan sepanjang generasi. 

Dia adalah yang dijanjikan sejak Daud dan sejak Abraham. Di dalam diri-Nya sejarah Israel telah mencapai tujuannya, di dalam diri-Nya jalan masa depan Israel dan semua bangsa akan diputuskan. – Bagian Mt 1, 18-23 berada di bawah pernyataan sentral: "Allah menyertai kita" (1, 23; cf. Mt 28, 20). 

Penginjil mengutip nubuat Yesaya 7:14 untuk menggambarkan misteri Inkarnasi sebagai campur tangan Allah yang kreatif dan menyelamatkan. – Yusuf “benar”, yang juga berarti dalam bahasa Alkitab: Dia baik hati. Itu sebabnya dia ingin melepaskan Maria, yang rahasianya tidak dia mengerti, dengan damai. 

Tapi kemudian dia sendiri menjadi kaki tangan dan penolong dalam pekerjaan ilahi. Berbeda dengan Ahaz (Yes 7:12), Yusuf menerima tanda dan amanat Allah; ia menjadi bapak Yesus yang sah dan dengan demikian juga memberinya nama Yesus, yang artinya: Yahweh menyelamatkan.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.