5 min dibaca
Berjalan Bersama dalam Cahaya Paskah
Suara Keheningan | RP. Stefanus Buyung Florianus, O.Carm

2023: TAHUN SYUKUR BERJALAN BERSAMA DALAM CAHAYA PASKAH: Terbukalah Mata Kita – Melihat dengan Mata Ilahi + Maria Yang terkasih: Para Konfrater dan Para Frater Komisariat Karmel Indonesia Timur Masing-masing di tempat.

1. SALAM BAGIMU. Hari-hari ini tentu kita semua sibuk karena merayakan Pekan Suci, khususnya Tri  Hari Suci. Kita tentu merasa lelah. Namun kelelahan kita tidak bisa dibandingkan dengan kasih  dan pengorbanan Yesus. 

Kita justru diundang untuk berjalan dalam Cahaya Paskah di tengah suka  dan duka kehidupan. Kita dipanggil untuk memberi bagian dalam karya penebusan Kristus.  Melalui pelayanan kita yang sederhana, kita mengikuti Yesus yang memberikan diri-Nya untuk  keselamatan kita. Lewat pengorbanan kita yang kecil, kita berusaha menjadi serupa dengan Dia  dalam ketaatan-Nya sampai mati, bahkan mati di kayu salib.  

2. Kita sudah ditebus oleh darah Yesus yang mulia. Hutang dosa kita telah terbayar lunas oleh darah Nya. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu  warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau  emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.” (1 Ptr 1:18-19). 

Kita sudah  diampuni karena kerahiman-Nya yang melimpah. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita  beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang  dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” (Ef 1:7-8). Itulah sebabnya,  ucapan salam Paskah Yesus, “Salam bagimu.” (Mat 28:9), bukan hanya ditujukan kepada Maria  Magdalena dan kawan-kawannya, tetapi juga kepada kita masing-masing. Kristus telah bangkit!  Dia menang atas dosa dan kematian. Kita selamat. Syukur kepada Allah! 

3. Selanjutnya, pada kesempatan berahmat ini, saya ingin mengajak para saudara sekalian untuk memaknai Tahun Syukur dalam bingkai Paskah. Kita mau BERJALAN BERSAMA DALAM CAHAYA  PASKAH dengan belajar dari St. Maria Magdalena (Yoh 20:1-2.11-18):  Matanya Masih Tertutup – Melihat dengan Mata Manusiawi 

4. Maria Magdalena menyaksikan dari dekat peristiwa penyaliban Yesus (bdk. Yoh 19:25). Ia melihat  bagaimana Yesus diperlakukan begitu kejam dan mengerikan. Nampaknya segala harapan runtuh.  Selanjutnya, pada hari pertama minggu itu, ketika masih diliputi rasa duka, ia pergi mengunjungi  makam Yesus. Ia sendirian. Hari masih gelap, pagi-pagi benar. Namun ia dikejutkan tatkala melihat  batu penutup pintu kubur itu sudah tidak ada lagi. 

Mata Maria Magdalena masih “tertutup”oleh  kesedihan. Ia sadar bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Dugaan sementara, jenazah Yesus  sudah dicuri atau diambil orang. Ia lalu segera menyampaikan soalnya kepada Petrus dan para  murid lainnya (bdk. Yoh 20:1-2). Paus Fransiskus mengatakan bahwa sesungguhnya Maria 1 Magdalena menderita dua kali lipat, dobel. Ia merasakan kesedihan mendalam karena kematian  Yesus. Ia juga kembali terluka karena kehilangan jenazah Gurunya. (bdk. Audiensi Umum, Rabu,  17 Mei 2017).  

5. Cinta Maria Magdalena kepada Yesus tidak pernah padam. Ia kembali lagi ke makam-Nya.  Sesampainya di sana, ia hanya bisa menangis. Ia tidak tahu apa yang harus dibuatnya. Ia sungguh  kehilangan seorang yang dikasihinya dan yang mengasihinya. 

Dalam rasa kehilangan yang besar,  ia menjenguk ke dalam kubur. Ia melihat dua orang malaikat yang berpakaian putih. Seorang  malaikat duduk di sebelah kepala dan yang satunya lagi di sebelah kaki, di tempat di mana jenazah  Yesus dibaringkan. Kedua malaikat itu lalu dengan penuh simpatik bertanya, “Ibu, mengapa  engkau menangis?” Maria pun menjawab dengan jujur, “Tuhanku telah diambil orang dan aku  tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yoh 20:11-13). 

Paus Gregorius Agung dalam homilinya tentang  Injil mengatakan, “Di sini kita harus berhenti sebentar merenungkan cinta hati wanita yang  bernyala-nyala ini, hingga ia tidak mau meninggalkan kubur Tuhan, meskipun murid-Nya sendiri  sudah pergi. Ia terus menerus mencari Dia yang tidak dapat ditemukannya. Dengan mencucurkan  air mata, ia tetap mencari. Dan berkobar dalam cinta, ia merindukan Dia yang dikira sudah dibawa  orang.” {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Para Kudus 2 (Rumus Khusus) Mei – Agustus (Yogyakarta:  Kanisius, 1982), 110}. Venerabilis Yohanes dari St. Samson dalam puisinya MADAH MAKAM SUCI  pada bagian Ratapan Penuh Kasih Maria Magdalena pada Makam Suci Yesus Kristus,  mengungkapkan, “Malaikat yang melihat kelesuanku, / Menggabungkan air matamu dengan  kesedihanku: / Tidak, aku tidak ingin hidup lagi. / Sasaran hatiku yang penuh kasih / akan  memperkenankanku untuk mengikuti-Nya: / Tanpa Dia segala sesuatu rasanya hambar.” (Puisi  Madah Makam Suci, baris 237-242). 

Kendati masih melihat dengan mata manusiawinya, Maria  Magdalena sungguh menyadari bahwa tanpa Yesus, ia tidak berdaya. Tanpa Yesus, hidupnya  hampa.  

6. Setelah mengungkapkan isi hati kepada kedua malaikat tersebut, Maria Magdalena menoleh ke  belakang. Yesus datang menjumpainya, kendati ia tidak menyadari bahwa itu adalah Yesus. Matanya masih tertutup. Ia masih tenggelam dalam duka yang mendalam. Sebagaimana kedua  malaikat tadi, Yesus menanyakan kembali hal yang sama, “Ibu, mengapa engkau menangis?” Dan  juga melanjutkan, “Siapakah yang engkau cari?” Yesus seolah-olah tidak tahu apa yang dihadapi  oleh Maria Magdalena. 

Maria Magdalena yang belum terbuka matanya, menyangka bahwa orang  itu adalah penunggu taman. Itulah sebabnya, ia pun menjawab, “Tuan, jikalau tuan yang  mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat  mengambil-Nya.” (Yoh 20:15). Maria Magdalena sungguh merasa kehilangan. Dia begitu rindu  untuk menemukan kembali kekasih hatinya, mendapatkan kembali jenazah Yesus. Terbukalah Matanya – Melihat dengan Mata Ilahi 

7. Yesus mengenal Maria Magdalena secara pribadi. Dia juga memberikan jawaban atas kerinduan  hatinya. Itulah sebabnya, Yesus lalu memanggil Maria dengan namanya. Maka TERBUKALAH  MATANYA. Ia pun secara spontan berseru: “Rabuni!” (artinya Guru). (Yoh 20:16). Maria  Magdalena telah dihibur oleh kehadiran Yesus. Matanya TERBUKA karena Suara sang Sabda,  Yesus sendiri. 

Dia mendengar suara yang tidak asing bagi telinganya. Maria Magdalena  menemukan kembali Dia yang dirindukannya. Paus Gregorius Agung dalam homilinya tentang Injil  mengatakan bahwa Yesus mengenal Maria Magdalena secara pribadi. Ia menyapa dengan  namanya. Yesus mengajarinya bagaimana mencari-Nya. {Ibadat Harian Bacaan Ofisi Para Kudus 2 2 (Rumus Khusus) Mei – Agustus (Yogyakarta: Kanisius, 1982), 111}. 

Paus Fransiskus menegaskan,  “Tuhan mengejutkannya dengan cara yang paling tidak terduga. Yohanes Penginjil menekankan  betapa kuat kebutaannya. Dia tidak memperhatikan kehadiran dua malaikat yang menanyainya,  dan dia tidak curiga bahkan ketika dia melihat pria di belakangnya, yang diyakini sebagai penjaga  taman. Sebaliknya, dia menemukan peristiwa paling luar biasa dalam sejarah umat manusia ketika  dia akhirnya dipanggil dengan namanya: ‘Maria!’ (Audiensi Umum, Rabu, 17 Mei 2017).  

8. Karena begitu gembira boleh melihat Yesus, Maria Magdalena pun datang mendekat dan  memegang Yesus. Namun sungguh mengejutkan! Yesus malah menegurnya dengan berkata,  “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa.” (Yoh 20:17).  Sesungguhnya ada tugas lain yang jauh lebih penting. Yesus mengutusnya untuk pergi  mewartakan kepada sesamanya tentang harapan Kristiani. Paus Fransiskus menegaskan, “Maria  ingin memeluk Tuhannya, tetapi Dia sudah terarah kepada Bapa surgawi, sedangkan dia diutus  untuk membawa kabar gembira kepada saudara-saudaranya.” (Audiensi Umum, Rabu, 17 Mei  2017). 

Maria Magdalena pun pergi dengan sukacita dan mata yang terbuka. Ia pun dengan penuh  keberanian mengatakan kepada para murid Yesus, “Aku telah melihat Tuhan.” (Yoh 20:18). Maria  Magdalena menjadi rasul dari para murid Yesus. Ia dengan penuh keberanian beriman  mewartakan tentang sukacita iman dan harapan Paskah kepada sesamanya.  Syukur atas Kasih Tuhan – Dalam Bingkai Paskah 

9. Makam Kosong dan penampakan Yesus menjadi bukti bahwa Dia yang telah wafat dan  dimakamkan, akhirnya bangkit jaya. Paskah tersebut menjadi warta harapan bagi kita yang  berkecil hati dan nyaris putus asa. Peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus menjadi berita sukacita  bagi kita yang bersedih, yang dirundung sekian banyak kehilangan dalam hidup ini. 

Paus  Fransiskus menegaskan, “Hidup Kristiani tidak terjalin dari kegembiraan yang lembut, tetapi dari  gelombang yang menelan segalanya. Anda juga, cobalah bayangkan, saat ini, dengan beban  kekecewaan dan kegagalan yang kita bawa masing-masing di dalam hati kita, ternyata ada  seorang Allah yang dekat dengan kita yang memanggil kita dengan nama dan berkata kepada kita:  'Bangun, berhentilah menangis, karena aku datang untuk membebaskanmu!’ Sungguh indah.”  (Audiensi Umum, Rabu, 17 Mei 2017).  

10. Dengan semangat seperti itulah, mata kita terbuka melihat kasih Tuhan yang mengagumkan  dalam hidup ini. Dengan spirit itulah, kita yang jatuh dalam kesedihan menghadapi begitu banyak  persoalan hidup, akan bangkit dengan kepala tegak penuh sukacita menjalani hari-hari kehidupan  selanjutnya. 

Kita telah melihat dan merasakan kebaikan Tuhan dalam suka dan duka kehidupan  ini. Paus Fransiskus menegaskan, “Betapa menyenangkan ketika membayangkan bahwa  penampakan pertama dari Yesus Yang Bangkit - menurut Injil - terjadi secara pribadi! Untuk  berpikir bahwa ada seseorang yang mengenal kita, yang melihat penderitaan dan kekecewaan  kita, yang berjalan bersama kita dan memanggil kita dengan nama.” (Audiensi Umum, Rabu, 17  Mei 2017).

11. Kita menyadari bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita. Ia tahu apa yang kita rasakan. Ia peduli  dan berkenan memberikan cahaya harapan baru dalam kegelapan kehidupan kita. Paus  Fransiskus berharap bahwa St. Maria Magdalena mendoakan kita sehingga mata dan hati kita  terbuka untuk melihat dan merasakan Allah yang menguatkan dan mengubah kehidupan kita.  “Semoga doanya juga membantu kita menjalani pengalaman ini: di saat duka dan diabaikan,  untuk mendengarkan Yesus yang Bangkit yang memanggil kita dengan nama dan, dengan hati 3 yang penuh sukacita, untuk maju dan mewartakan: ‘Aku telah melihat Tuhan!’ Hidupku berubah  karena saya telah melihat Tuhan! Saya sekarang berbeda dari sebelumnya. Saya menjadi pribadi  yang baru. Saya telah berubah karena saya telah melihat Tuhan. Inilah kekuatan dan harapan  kita.” (Audiensi Umum, Rabu, 17 Mei 2017).  

12. Marilah kita bersyukur atas kasih Tuhan yang luar biasa. Berkat Paskah, kita sungguh menjadi  manusia baru, dan memiliki hidup baru. Kita diundang untuk melihat setiap peristiwa bukan lagi  dengan mata manusiawi kita, melainkan dengan mata baru, mata ilahi. Venerabilis Yohanes dari  St. Samson dalam puisinya MADAH MAKAM SUCI mengungkapkan pada bagian Jawaban Makam  Suci kepada Maria Magdalena, “Ku Memiliki terlalu banyak untuk disyukuri, / karena ku telah  dapat menikmati cita rasa Tuhan, / dan menyelimutinya dalam pelukanku: / Manusia ilahi ini, /  menjadikan semua kehinaanku suci, / tanpa kulakukan apa pun untuk pantas mendapatkannya.”  (Puisi Madah Makam Suci, baris 345-350).  

Akhirnya… 

13. Marilah kita BERJALAN DALAM CAHAYA PASKAH: Terbukalah Mata Kita – Melihat dengan Mata  Ilahi. Marilah kita mensyukuri keagungan kasih Tuhan, yang mau berkorban demi keselamatan  kita. Selamat Hari Raya Paskah. SALAM BAGIMU. ALELUIA. Tuhan memberkati. St. Maria  Magdalena mendoakan. 

Karmel Weruoret, 9 April 2023 Saudaramu dalam Karmel P. Stefanus Buyung Florianus, O.Carm.  Prior Komisaris4

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.