Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino,O.Carm
Abraham, setelah Adam dan Nuh, adalah awal yang baru. Musa dan Elia adalah stasiun di jalan. Namun, di dalam Kristus, Allah telah menjadi terlihat dan terdengar oleh kita. Sekarang Dia ingin dialami dan dilihat oleh semua orang melalui kita: melalui orang-orang yang menyebut dirinya Kristen.
Setelah Menara Babel, sejarah manusia tampaknya larut dalam kekacauan. Tetapi dengan panggilan Abraham, sesuatu yang baru dimulai dari Allah yakni sejarah keselamatan.
Abraham mendengar panggilan: Pergi! Dan janji sebagai berikut: Aku akan memberkatimu. Abraham mengindahkan panggilan itu, pergi tanpa mengetahui kapan dan di mana dia akan tiba (lih. Ibr 11:8-10). Dia tidak memiliki terang lain di jalannya selain Firman Tuhan.
Kedatangan Yesus Kristus dalam kelemahan manusia adalah "penampakan", manifestasi dari kasih karunia Allah. Sudah menjadi bukti bahwa Allah ingin menyelamatkan semua orang; Dia memanggil semua orang untuk percaya, untuk baptisan, untuk "terang kehidupan abadi", tetapi juga untuk bekerja demi Injil dan untuk berbagi penderitaan dengan Kristus.
Apa yang para murid lihat dan dengar di Gunung pada momen Perubahan Rupa hanya akan mereka pahami setelah kebangkitan Yesus. Awan terang dan suara dari awan meneguhkan Yesus sebagai Kristus, Anak Allah yang hidup (bdk. Mat 16:17).
Hukum dan para nabi (Musa dan Elia) menunjuk kepada-Nya. Dia, "Putra Terkasih", akan menyelesaikan jalan-Nya melalui penderitaan dan kematian; dengan demikian sang jalan juga telah ditandai untuk sang murid.
Di mana firman Tuhan didengar dan diikuti, di mana orang membuka diri untuk pekerjaan-Nya, nafas Tuhan, Roh Kudus, bertiup; di sana transfigurasi dan transformasi terjadi – di atas mezbah, di dalam jemaat, di dunia. Di dalam Aku dan dengan Aku.
Cahaya Tuhan terlalu menyilaukan untuk dilihat. Mata dibutakan oleh kecemerlangan-Nya. Kristus menangkap api yang menghanguskan di dalam diri-Nya sendiri dan membiarkan Allah bersinar melalui diri-Nya sendiri dengan cara yang dapat kita pahami.
Apakah kita tahu tentang Kristus atau tidak, dia ada di sana, bersama dengan setiap individu. Itu begitu tak terpisahkan terkait dengan manusia sehingga Dia tinggal di dalam dirinya, bahkan jika dia tidak mengetahuinya. Itu ada di sana secara diam-diam, seperti luka yang membara di hati manusia, seperti cahaya dalam kegelapan. (Bruder Roger, Taizé)