3 min dibaca
Petani yang Memiliki Jam Terbang Tinggi dan Bioetika Hadapi Resesi
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Artikel aslinya bisa dibaca di sini: Petani yang Memiliki Jam Terbang Tinggi dan Bioetika Hadapi Resesi Halaman 1 - Kompasiana.com 

Kecerdasan dan kreativitas petani tidak bisa lagi menjadi alternatif yang bisa dianggap murahan, karena petani yang punya jam terbang tinggi perlu melengkapi diri mereka dengan wawasan-wawasan lain seperti bioetika.

Hembusan angin resesi tahun 2023 mulai terasa semakin dekat. Polemik, diskusi, opini dan presentasi gagasan politik mulai terhubung dengan konsep resesi nanti. Jokowi dalam sambutannya dalam kesempatan menghadiri hari ulang tahun Golkar sekurang-kurangnya menyebut beberapa frase yang bagi saya menarik untuk telaah lebih jauh lagi.Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya coba menghubungkan ucapan lepas Pak Jokowi itu dengan konteks kehidupan petani dalam menghadapi resesi 2023 nanti.Ada dua istilah yang disebut Pak Jokowi pada momen puncak HUT Golkar ke-58 pada 21 Oktober 2022. Dua istilah itu akan dikaji dalam kaitannya dengan resesi.

1. Pasien IMF dan banyak antrean lainnya

Pasien International Monetary Fund (IMF) disebutkan demikian hanya karena terhubung dengan suatu keadaan ekonomi dalam tekanan inflasi tanpa ampun saat ini. Jeritan sakit negara-negara di Eropa, Afrika dan beberapa negara di Asia tidak lain karena tekanan utang yang begitu besar tanpa diimbangi dengan stabilitas ekonomi yang memadai.

Sanggupkah IMF merawat pasien yang sedang menjerit itu? Mampukah IMF siap melayani pasien lainnya yang sedang antrean? Tentu saja pertanyaan-pertanyaan itu terlalu tinggi untuk dijabarkan dalam konteks yang lebih praktis.

Oleh karena itu, saya pikir pertanyaan penting kita adalah langkah praktis apa yang bisa dilakukan agar Indonesia tidak dihitung sebagai pasien IMF nanti?Dalam konteks Indonesia saat ini, saya memperlihatkan alternatif memperkuat sektor pertanian merupakan langkah praktis yang menjanjikan kesehatan fisik ekonomi bangsa ini.

Kesehatan ekonomi bangsa Indonesia berarti keberanian untuk menjauhkan diri dari posisi dan keadaan dengan status khusus pasien IMF dan tentu saja jauh dari amukan resesi nanti. Oleh karena itu, petani semestinya memperhatikan keragaman tanaman pertanian mereka, ibarat keragaman vitamin yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia, demikian juga petani membutuhkan keragaman tanaman pertanian.

Praktisnya, tidak cukup hanya dengan kebun sayur, tetapi petani perlu punya kebun kakao, tidak hanya punya kebun kelapa, tetapi juga punya kebun sirih.Saya teringat seorang petani di desa saya pada bulan Juli lalu. 

Sekian banyak petani hanya fokus pada tanaman yang sama, seperti kakao, kemiri, kopi, cengkeh, cabe. Namun, ia justru berani melakukan yang lain. Ia menanam sirih satu kebun. Apa yang terjadi, ia bisa menjual dalam satu pasar bisa mencapai 2 juta. Konsep keragaman tanaman ini hemat saya, benar-benar membuat sektor ekonomi itu jadi sehat dan kuat.

2. Petani yang memiliki jam terbang tinggi

Pak Jokowi memang menyebutkan "pemimpin yang punya jam terbang tinggi", namun dalam konteks tulisan ini, saya menyebutnya petani yang punya jam terbang tinggi.Petani dengan jam terbang tinggi itu apa artinya. Dalam pengamatan saya selama liburan beberapa waktu lalu, saya berani mendefinisikan arti dari petani punya jam terbang tinggi itu sebagai berikut:

  • Petani yang selalu mengikuti perkembangan informasi pasar dari waktu ke waktu
  • Petani yang punya semangat belajar melengkapi wawasannya sendiri
  • Petani yang bisa membangun komunikasi dengan semua pihak dalam mencari solusi terkait persoalan yang dihadapinya
  • Petani yang mengenal manajemen pasar dan sistem penjualan
  • Petani yang bisa membuat analisis situasi usahanya sendiri dan situasi ekonomi umumnya

Jadi, sebenarnya dalam menghadapi resesi ekonomi tahun 2023 nanti, bangsa ini tidak hanya memikirkan soal pemimpin yang punya jam terbang tinggi, tetapi juga soal petani yang punya jam terbang tinggi.

Artinya bahwa seorang pemimpin perlu juga memikirkan bagaimana supaya para petani itu bisa menjadi petani yang punya jam terbang tinggi. Oleh karena itu, resesi tahun 2023 bukan hanya sebatas kajian dan alternatif sudut pandang, tetapi harus lebih konkret ke dalam bentuk realisasi.

Masyarakat kita yang berbasiskan pertanian perlu dibekali dengan motivasi, informasi-informasi yang berguna agar mereka punya cara pandang yang beragam dan kreatif.Konsep keberagaman yang pernah saya lihat di Flores seperti ini. Punya lahan sendiri, dialiri air dari mata air tanpa menggunakan mesin. Di sekeliling kebun tanpa ada pagar, tetapi ditanamnya tumbuhan rose, sejenis umbi-umbian yang bisa bisa dimakan, sedangkan daunnya bisa untuk makanan ternak lainnya.Tidak hanya itu di sisi kanan dari kebun itu beberapa meter ditanamkan kakao seperti pada gambar di bawah ini. Kakao yang selalu diperhatikan dan mendapat aliran air yang cukup, terlihat berbuah dan menghasilkan ketimbang kakao yang tidak dibersihkan dan kekurangan air. 

Selain itu ditanam juga beberapa kelapa, pohon pepaya, di keliling dengan pisang, nanas, pohon sirsak dan jenis ubi talas. Keragaman merupakan konsep yang membuat suasana kebun itu indah dan menyenangkan. Tentu saja di sana ada suasana sehat.

Imperatif bioetika

Saya masih ingat kejadian aneh pada tahun 1989 ketika itu harga cengkeh di Flores jatuh. Entah kenapa, banyak petani yang terbius marah lalu menebang semua pohon cengkeh yang mereka tanam dan sudah berbuah. Dalam waktu seminggu suasana kebun menjadi kering dan membosankan. Kok bisa begitu ya?Petani pada waktu itu, tentu saja tidak bisa dikatakan sebagai petani yang punya jam terbang tinggi. Wawasan terkait itu semua menjadi begitu sempit. Hal itu, karena tidak ada gagasan yang terhubung dengan imperatif bioetika. Padahal, jika mereka mengenal prinsip bioetika seperti ini, "Respect every living being, in principle, as an end in itself and treat it accordingly wherever it is possible, atau "Hormati setiap makhluk hidup, pada prinsipnya, sebagai tujuan itu sendiri dan perlakukan sebagaimana mestinya" (1927: 4), maka mereka akan bisa mengendalikan kemarahan mereka.Dalam konteks ulasan tentang petani yang punya jam terbang tinggi, mereka harus juga bisa mengenal prinsip-prinsip bioetika seperti itu, sehingga mereka tetap merawat tanaman mereka.

Lebih baik merawat tanaman yang sudah punya potensi menghasilkan daripada harus menanam ulang dengan risiko menunggu 4 - 5 tahun.

Saya menyoroti juga gagasan bioetika dan kebijakan praktis ini supaya dalam rangka hadapi resesi, petani umumnya diarahkan agar tidak jatuh kena provokasi seperti pada masa lalu.

Salam berbagi, ino, 24.10.2022.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.